MEMBANGUN KIPRAH IKAL IMK UNTAG KE DEPAN;
PANDANGAN SPIRITUAL – MATERIAL” KEKRISTENAN
Oleh : Reinhard Hutapea
Disampaikan dalam sharing Firman ibadah virtual Ikal IMK Untag Jakarta, 20 Desember 2020, jam 119.00 sd selesai
∏
Tema sharing ini diinspirasi ramah-tamah kita pada ibadah-ibadah sebelumnya. Khususnya ketika Surya F Tampubolon menanyakan kepada saya perihal pengembangan IMK Untag ke depan. Saya katakan pada waktu itu jangan sekedar hanya ibadah ke ibadah, namun ada implementasi-aplikasinya ke masyarakat.
Kala itu Surya menyambutnya, dan menawarkan bakti-sosial. Kedua adalah kesaksian Jefry minggu lalu tentang kiprahnya dibawah kolong Jembatan Lima menyiarkan “Firman Tuhan” bagi kaum melarat, sengsara, dan terpinggirkan. Sungguh informatif.
Dan di atas itu semua, dengan rasa kagum yang mendalam,beberapa diantara kita rupanya sudah ada yang jadi pelayan/ sebagai “Hamba Tuhan” di gereja, seperti Johannes di Siantar, dan Hohen di Pekan baru. Selamat menjadi lentera terang, dian, dan garam bagi kemanusiaan di tempat saudara-saudara melayani.
Sesuai dengan tema, yakni Membangun kiprah Ikal IMK ke depan, saya akan mencoba menelaah, apa kira-kira yang dapat kita lakukan, baik secara individu atau bersama-sama.
Namun sebelum sampai ke penelaahan tersebut, sebelumnya saya akan merujuk Kitab Pengkhotbah, yang khotbah-khotbahnya (menurut saya) cukup paradoks, jika tak hati-hati membaca dan merenungkannya, bisa membuat pembacanya pesimis.
Namun ketika kita, mau sedikit serius mengkontemplasikannya (memikirkannya lebih dalam), …..yang mungkin membuat dahi sedikit berkerut, akan terasa spiritual-materialnya yang trancenden, sekaligus realistis/kongkrit (sedikit-sedikit filosofislah……).
Begitulah persfekif saya yang terbatas menelaah Kitab Pengkhotbah, yang mungkin berbeda dengan Johannes dan Hohen yang sudah mendalami pelayanan, dan mungkin saudara Jefry sendiri (apalagi pakar-pakar Teologi).
Satu hal yang membuat saya tertarik dengan Pengkhotbah adalah pesannya, yang sering saya kutif dalam diskusi atau pergaulan sehari-hari adalah “frasa”, yang mengatakan bahwa “dibawah matahari tidak ada yang baru”.
Suatu pernyataan atau statement yang selalu diucapkan para sejarawan, yakni di dunia ini tidak ada yang baru, semua itu sudah ada sebelumnya. Semua fenomena/gejala yang muncul ke permukaan, yang seakan-akan baru, kalau ditilik lebih jauh, yakni dilihat pada era-era terdahulu, sesungguhnya sudah ada sebelumnya. Sudah ada pada zaman-zaman atau era-era dahulu.
Pandangan, paradigma, atau mungkin mazhab yang saya yakini hingga saat sharing firman ini. Dengan keterbatasan pengetahuan saya, saya meyakini pernyataan tersebut. Yang lain, mungkin tidak meyakini, nggak tahu yang hadir dalam ibadah malam ini. Dan itu biarlah menjadi keragaman diantara kita, dan diantara seluruh manusia.
Tuhan pun menciptakan manusia tidak ada yang sama/seragam, melainkan berbeda-beda. Perbedaan adalah karunia/rahmat, dengan catatan ia harus dikelola/manage ke satu kesepakatan/consensus. Dalam terminologi ilmu sosial, disebut, setiap perbedaan/konflik harus diarahkan ke consensus, (Maurice Duverger, 1980). Singkatnya saya meyakini nasihat Pengkhotbah ini.
Saudara-saudara terkasih
Di atas tadi saya singgung bahwa Pengkhotbah ini cukup paradoks, dan jika tidak teliti/hati-hati merenungkannya bisa membuat pesimis-skeptis-frustasi. Mengapa saya sebut demikian? Karena Pengkhotbah memulai pendapatnya dengan kata-kata “segala sesuatu sia-sia”, dan itulah yang menjadi pembuka, awal, atau head line dari kitabnya. Supaya sama-sama kita ketahui, baiklah akan saya kutif apa adanya:
Segala sesuatu sia-sia
1 Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.
2 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.
3 Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?
4 Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.
5 Matahari terbit, matahari terbenan, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali.
6 Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali.
7 Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; kemana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu.
8 Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.
9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru dibawah matahari.
10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: “Lihatlah, ini baru?” tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.
11 Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datang pun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya
Pengejaran hikmat adalah sia-sia
12 Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem.
13 Aku membulatkan hatiku untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan, yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan diri.
14 Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
15 Yang bengkok tak dapat diluruskan, dan yang tidak ada tak dapat dihitung.
16 Aku berkata dalam hati: Lihatlah,aku telah memperbesar dan menambah hikmat lebih daripada semua orang yang memerintah atas Yerusalem sebelumaku, dan hatiku telah memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan
17 Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan. Tetapi aku menyadari bahwa hal inipun adalah usaha menjaring angin.
18 Karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.
∏
Teman-teman yang terkasih
Kalau kita baca sampai disini, bahkan ke bagian-bagian selanjutnya, kata-kata “Kesia-siaan” ini terus mendominasi (86 X). Semua yang dilakukan dalam hidup ini, semua sia-sia. Lain sekali dengan kitab-kitab lain, yang umumnya selalu memberi nasihat yang optimis (Amsal), yang menghibur.
Pengkhotbah sebaliknya…melawan arus….tidak lazim…suram…..murung….pesimis. Mengapa pola-model seperti ini bisa muncul di Alkitab, mungkin adalah pertanyaan beberapa kalangan.
Saya tidak terlalu pandai menjawab pertanyaan itu. Biarlah itu urusan orang-orang yang memperdalam Alkitab, para Teolog-Teolog, atau kalangan lain. Bagi saya, yang membaca Kitab Pengkhotbah ini secara menyeluruh, jawaban yang anti skeptis ditemukan dalam kitabnya, yakni Pengkhotbah 12 ayat 13….Akhir kata dari segala yang di dengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahnya, karena ini adalah kewajiban setiap orang
Sebelumnya nasihat yang sama sudah ditunjukkannya pada Pengkhotbah 12 ayat 1 yang berbunyi: Ingatlah akan penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kau katakana: Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya. Juga dapat dibaca pada Pengkhotbah 4 ayat 17….jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik daripada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat. Baca juga Pengkhotbah 5 ayat 1 sampai 6…..diakhir ayat 6 ia bersabda…Tetapi takutlah akan Tuhan. Apa bedanya dengan kitab Amsal yang mengatakan Takut akan Tuhan adalah permulaan Ilmu Pengetahuan? Tidakkah itu dasar spiritualitas kita sebagai insan terpelajar, yang pernah kuliah di Untag?
Atas dasar itu, saya mengetengahkan Pengkhotbah dalam sharing Firman mala mini, karena Pengkhotbah:
· Mengajak kita agar memahami bahwa hidup ini absurd, yakni ada jurang antara harapan dan kenyataan
· Merenung dan menimbang secara kritis segala aspek kehidupan, namun tetap bersandar kepada Allah sebagai pemilik kehidupan.
Lalu apa yang mau kita lakukan sebagai alumni-alumni Kristen Untag? Apakah sekedar dari ibadah ke ibadah, dari rohani ke rohani, dari anjuran ke anjuran yang hanya mengisi spiritualitas kita?
Menurut saya tidak! Kita harus mewujudkan Firman ini dalam realita kehidupan baik secara individu, atau bersama-sama (jika mungkin). Bahasa ilmiah atau Bahasa rakyatnya adalah, kita harus sanggup mengkapitalisasi, atau mematerialisasi spiritualisme itu kedalam pentas kehidupan. Bagaimana metodenya?
Mari kita buka kembali tokoh-tokoh Kristen yang berjuang, berkarya, atau berbuat untuk kemanusiaan. Sangat banyak, sangat variative, dari yang mulai kecil hingga yang mendunia. Kita mulai dari tokoh-tokoh seperti; Marthin Luther King, Nelson Mandela, Bunda Teresa, Romo Mangunwijaya, F. Silaban, Basuki Tjahaja Purnama. Mereka adalah ilustrasi, sosok-sosok yang berjuang dengan dasar spiritualitas Kristen.
Marthin Luther King adalah seorang Pendeta Baptis Dexter Avenue, di Montgomery, Alabama. Ia tidak sekedar seorang pengkhotbah di gereja, namun aktif memperjuangkan keyakinannya ditengah-tengan masyarakat AS.
Ia pejuang persamaan hak, HAM, anti diskriminasi, dan keadilan yang Tangguh, yang tidak hanya khutbah di gereja, namun aktif turun ke jalan, dengan perlawanan/jalan anti kekerasan sebagaimana dijalankan aktivis-aktivis politik/kenegaraan, di atas pesan-pesan Alkitab. Saya menyebutnya sebagai “Alkitab in action”.
Pidatonya yang kemudian di kenal sebagai I have a dream, pada tanggal 28 Agustus 1963 di depan patung Abraham Lincoln, yang dihadiri 250 ribu orang, adalah pidato yang sangat menggugah, yang sangat historic/bersejarah, yang akhirnya mendorong pemerintah AS (setahun kemudian) memenuhi tuntutannya, yakni persamaan hak antara kulit hitam dan kulit putih, yang sudah berlangsung sejak lama.
Pidato itu, sesungguhnya tidak disebut sebagai I have a dream……tidak ada kata-kata atau frasa itu. Sebagaimana biasanya, jika ia turun ke jalan memperjuangkan hak-hak kulit hitam, ia selalu disediakan bahan atau pidato tertulis, dimana naskah pidato itu, juga disebar ke media/pers. Artinya masyarakat, biasanya sudah tahu apa yang akan dipsampaikan Marthin Luther King.
Namun pada pidato 28 Agustus 1963 terjadi sesuatu yang luar biasa, yakni ketika sampai pada paragraph/alinea ke 7, King berhenti sejenak……Dibelakangnya, Mahalia Jackson, penyanyi gereja, memintanya ngomong tentang mimpi besar……Seketika secara refleks, King mengabaikan naskah bikinan Clarence B. Jones….dan mulai berimprovisasi.
Dari situlah lahir kata-kata I have a dream yang monumental itu…..kata-kata yang akhirnya menjadi tema pidatonya. Pidato yang hingga ibadah kita malam ini, belum ada tandingannya. Pidato terbaik dunia. Kita kutif Sebagian:
Saya punya mimpi, suatu hari nati bangsa ini akan bangkit dan hidup berdasarkan makna sejati dari tekadnya: …Kami adalah bukti nyata dari keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama.
Saya punya mimpi, suatu saat nanti di Red Hills Georgia, anak-anak mantan budak, dan anak-anak mantan pemilik budak bisa duduk semeja dalam persaudaraan
Saya punya mimpi bahwa suatu hari nanti, bahkan di Misisipi, sebuah negaa bangsa yang terpanggang oleh panasnya ketidakadilan, terpanggang panasnya penindasan, akan menjelma menjadi oase bagi kebebasan dan keadilan.
Saya punya mimpi, keempat anak-anak saya yang masih kecil suatu hari nanti bisa hidup di negara dimana mereka tak akan dihakimi berdasarkan warna kulit, melainkan berdasarkan isi karakter mereka
Pidato yang selanjutnya, banyak menginspirasi pergerakan-pergerakan dunia, seperti peristiwa Tian An Men di China, yang juga menjadi judul lagu….ABBA. Pidato ini dapat anda buka di Google.Youtube.
Tokoh selanjutnya adalah Nelson Mandela, tokoh anti apartheid……dalam buku biografinya The Spiritual Mandela; Faith and Religion In the Life of Nelson Mandela, Dennis Cruywagen menulis…..bagaimana Nelson Mandela menyeimbangkan iman Kristennya dengan pandangan politiknya, mengeksplorasi bagaimana pemimpin tercinta mendamaikan keyakinannya sendiri dengan kebenaran keras.
Mama Teresa → pahlawan orang miskin, sengasara, dan papa di India.
Friedrich Silaban → arsitek masjid Istiqlal
Romo Mangunwijaya → merubah rumah kumuh kali Code Yogyakarta
Basuki Tjahaya Purnama → transparansi pemerintahan
Demikianlah tokoh-tokoh Kristen yang bertindak di dunia nyata, atas dasar Alkitab/Firman Tuhan. Semoga bisa menginspirasi Ikal IMK Untag Jakarta. Syaloom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar