Minggu, 24 Maret 2019

IDEOLOGI BESAR DUNIA DAN PERKEMBANGANNYA



IDEOLOGI BESAR DUNIA DAN PERKEMBANGANNYA
OLEH : Reinhard Hutapea
Kompartemen Ideologi dan Kaderisasi DPP PA GMNI
Disampaikan pada KTM GMNI Sumut, 26 Maret 2019, Wisma Janri Damanik Pematang Siantar
Sebelum sampai kepada pandangan, asumsi, dan pendapat kami tentang tema yang diberikan, sebaiknya kita ikuti lebih dulu Terms Of Reference (TOR) yang telah diberikan panitia. TOR yang mendeskripsikan apa yang diinginkan dalam KTM, dan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi panitia/steering committee (SC)/anggota Gmni pada umumnya tentang ideologi tersebut.
Konteks demikian, kami kemukakan mengingat bahwa generasi muda/millennial saat ini menurut penelitian beberapa lembaga sudah kurang/tidak berminat membahas masalah-masalah politik (apalagi ideologi yang menyangkut perenungan dan filsafat). Generasi ini menurut Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono (K 21 maret 2016) telah sangat praktis-pragmatis (antitese teoritis). Dalam artian lain mereka tak sabaran, tergilas perubahan, kurang peduli pada sistem, prosedur, dan birokrasi, tidak peduli pindah-pindah/loncat kerja, yang penting pendapatannya besar[1]. Sadar nggak sadar kelompok ini juga sesungguhnya sudah kapitalistik[2].
Mengapa dan kenapa generasi muda/millenal seperti itu, tentu panjang uraiannya, yang tak mungkin kita bahas dalam pertemuan ini. Oleh karena itu baiklah langsung saja kita kembali ke pointers-pointers yang tertulis dalam TOR;

Arti ideologi
Dalam TOR ini definisi ideologi terdiri dari dua, yakni
Pengertian sederhana Merupakan sebuah kumpulan ide dan gagasan
Pengertian luas    Sebuah visi dan misi yang telah ditata sangat rapih dan komprehensif dimana alat untuk melaksanakan ide tersebut juga sudah lengkap sehingga idea atau gagasan tersebut dapat diterapkan secara langsung dalam praksis politik, social, ekonomi, dan lain-lain unsur kemasyarakatan.

Jenis-Jenis Ideologi dunia
A.      Komunisme
B.      Kapitalisme
C.      Anarkisme
D.     Liberalisme
E.      Sosialisme
F.       Konservatisme
G.     Komunitarisme
H.     Libertanisme
I.        Naziisme
J.        Nasionalisme
K.      Monarkisme
L.       Fasisme
M.   demokrasi
adapun penjelasan yang diberikan adalah;
Komunisme,
berasal dari ajarannya Marx dan Engels
Untuk memperjuangkan hak semua kelas yang ada dimasyarakat
Kapitalisme
Adanya modal yang dikuasai pihak swasta
Negara hanya sebagai pengawas
Anarkisme
Tidak perlu negara
Tindakan sukarela yang mengatur diri sendiri
Liberalism
Untuk dunia yang maju harus ditanamkan kebebbasan
Sosialisme
Mungkin sama dengan komunisme…tidak ada kepemilikan individu
Konservatisme
Nilai nilai ajaran kuno….menentang modernisasi
Komunitarisme
Komunis gaya baru
Libertanianisme
Kebebasan individu
Naziisme
Kedaulatan negara/nasionalisme menjadi hal yang mutlak
Hitler
Nasionalisme
Kedaulatan negara menjadi hal yang mutlak.
Monarkisme
Kerajaan merupakan sumber utama kesejahteraan
Fasisme
Totaliter….negara mengatur segalanya
Demokrasi
Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Target;
·         Menguraikan secara umum bagaimana ideologi-ideologi besar itu muncul
·         Nilai-nilai ideologi tersebut

Tujuan
·         Idem
·         Idem
·         Membangun rasa nasionalisme bagi peserta ktm
Demikianlah pointers-pointers yang tertulis dalam TOR. Mudah-mudahan kami tidak salah menulis.

Elaborasi-deskripsi
Pendekatan Historis
Kesan pertama pada TOR di atas adalah tidak sistematis. Dari setting socio-historisnya telah kita pahami bahwa ideologi  yang pertama tampil adalah “Liberalisme yang diikuti atau berpasangan dengan Kapitalisme”. Sebagai reaksi, anti tese, atau karena kegagalan ideologi tersebut muncul “Sosialisme, yang selanjutnya diikuti Komunisme”. Sedangkan yang lain sesungguhnya hanyalah turunan atau derivasi dari kedua ideologi tersebut. Jadi secara makro/garis besarnya ideologi hanya ada dua, yakni;
1.     Liberal-Kapitalis dan
2.     Sosialis-Komunis
Kesan kedua tersirat pembuat TOR kurang mempelajari sejarah. Tidak dielaborasi sama sekali kondisi masyarakat/negara sebelum ideologi-ideologi itu muncul. Ideologi itu tidak begitu saja muncul kepermukaan, melainkan ada factor, pemicu, atau latar belakangnya.
Latar belakang ini terutama adalah keadaan Eropa pada zaman pertengahan. Ada apa, bagaimana, atau seperti apa situasi Eropa kala itu. Meski uraian/deskripsi/unsurnya sangat luas, namun secara singkat dapat dikatakan bahwa situasi pada era pertengahan itu adalah era “feodalisme” plus dengan derivasi-derivasi negatifnya dalam ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan.
Era yang melahirkan kegelapan, keterkungkungan, keterbelengguan, keotoriteran, kesewenang-wenangan yang disisi lain hanya menguntungkan segelintir orang yang sejahtera, dan merugikan mayoritas masyarakat. Sebagai reaksi terhadap distorsi, diskrepansi, atau ketimpangan ini tampillah perjuangan pembebasan. Inilah awal tampilnya “liberalism” alias kebebasan.
Dari sejarah kita sama-sama paham bagaimana gemilang-gemerlapnya Revolusi Perancis yang bersemboyan Liberte, Egalite, Fraternite, plus tokoh-tokohnya Rousseau (Kontrak social, Volonte Generale), Montesquieu (Trias politika, Legislatif, eksektutif, dan Yudicatif). Begitu pula pemikir-pemikir ekonomi yang tampil era itu, khususnya Adam Smith[3].
Begitu hingar bingarnya revolusi itu, sehingga tatanan-tatanan yang ada sebelumnya (feodalisme, otoritarianisme, merkantilisme) satu persatu mengalami transformasi atau perubahan ke tatanan yang baru.
Tatanan yang dianggap akan membuat kehidupan seluruh masyarakat lebih baik atau lebih berkualitas dari tatanan sebelumnya. Singkatnya berjayalah paham, mazhab, atau ideologi Liberalisme dan Kapitalisme.
Akan tetapi sebagaimana fakta empiriknya ideologi yang diharapkan akan menampilkan kebebasan, kesetaraan, dan toleransi/persaudaraan ini jauh dari harapan. Demokrasi yang tampil sebagai bentuk pemerintahan, sistim sosial, sistim ekonomi atau sistim kebudayaan, ternyata tidak bisa atau tidak sanggup menjadi lokomotif menarik kesejahteraan dan keadilan dalam arti luas.
Sebagaimana perjuangan melawan feodalisme pada abad pertengahan, setelah tampil ekses-ekses dari Liberalisme-Kapitalisme, tampillah perjuangan merevisi, kalau bukan melawan dampak negatif ini. Muncullah ideologi Sosialisme-Komunisme yang dimotori Karl Marx.
Dengan munculnya Marx, tampillah perjuangan, khususnya perjuangan terhadap kaum melarat, tertindas, dan sengsara sebagaimana yang terjadi di Eropa yang melahirkan revolusi Perancis. Marx mengajak kaum melarat ini, khususnya buruh bersatu melawan…..
Dalam perjalanan selanjutnya kedua ideologi ini terus mengalami rivalitas, terus mempengaruhi masyarakat, negara, bangsa diseluruh penjuru dunia ini. Termasuklah Indonesia. Bung Karno dengan cerdik memanfaatkan Marxisme[4] yang disesuaikan dengan Indonesia. Begitu pula/khususnya negara-negara terjajah lainnya.
Selain rivalitas, yang kemudian mengemuka adalah revisi yang dilakukan oleh masing-masing negara/bangsa, atau khususnya yang dilakukan para intelektualnya. Kalangan ini, yakni kaum cerdik pandai ini dengan kecendekiawanannya merevisi, atau melakukan pembaharuan (inovasi), sehingga ideology tersebut semakin sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya.
 Penganut liberal-kapitalis misalnya mengembangkan ideologinya, sehingga tampillah (sebagaimana TOR di atas) “Libertanisme”. Sedangkan yang banyak variasinya adalah Sosialisme-Komunisme (lihat TOR) , seperti;    Fasisme[5], Naziisme[6], Anarkisme[7].
Disisi lain adalah mencuatnya kembali ideologi yang eksis di era pertengahan/feodalisme, yakni “Konservatisme dan Monarkisme” (lihat TOR diatas).
Namun yang tak kalah pentingnya kemudian adalah melesatnya Nasionalisme plus Demokrasi[8] (lihat TOR). Dua ideologi ini kecenderungannya sedang naik daun saat ini. Terobosan Trump di Amerika, dan tampilnya partai-partai kanan di Eropa adalah fakta bahwa Nasionalisme ini sedang naik daun.
Meski sering disebut sebagai ultra nasionalis, atau nasionalis kanan, yang jelas deologi ini sedang memekar. Keluarnya Inggris dari Eropa dan unggulnya partai-partai kanan di Eropa menunjukkan bahwa Nasionalisme sedang mekar sebagaimana ketika ideologi itu tampil pertama kali.
 Sedangkan ideologi Demokrasi, sebagaimana yang kita rasakan saat ini sudah mulai dipertanyakan. Pertanyaan yang panjang, luas, yang tak mungkin kita bahas dalam forum terbatas ini.
Yang pasti saat-saat ini, hari-hari ini kita sedang bergelut didalamnya, yakni sedang menghadapi kampanye pemilu untuk Pilpres dan Pileg pada tanggal 17 April 2019.
Pendekatan EPI
Kembali ke tema tulisan ini, yakni sejauhmana perkembangan ideologi-ideologi besar dunia, yang pasti terus mengalami perubahan sesuai dengan perjalanan sejarah. Baik Liberalisme-Kapitalisme dan Sosialisme-Komunisme akan terus memperbaharui paradigmanya. Konsep-konsep baru, seperti Globalisasi, Neolib, Neo Marxist, Dependensia, Teologi Pembebasan, Postmo dan sebagainya adalah pengembangan dari ideologi-ideologi tersebut yang sangat Panjang pembahasannya.
Sebagai pisau analisis sederhana akan kami uraikan dibawah ini. Uraian yang didasarkan kepada pendekatan Ekonomi Politik Internasional (EPI), yang didasarkan kepada karyanya Robert Gilpin, Juan Edelman Spero, Mohtar Mas’oed dan lain-lain


MERKANTILIS
LIBERAL
RADIKAL
REFORMIS
Actor/unit analisis
Negara-bangsa yang secara rasional memaksimalkan kekuasaan
Individu yang secara rasional memaksimalkan perolehan
Kelas social yang saling bersaing
Negara-bangsa dan unit transnasional
Tujuan Eko-Pol-Int
Maksimalisasi kepentingan nasional
Maksimaisasi kesejahteraan global
Maksimalisasi kepentingan kelas
Maksimalisasi kesejahteraan global
Sifat hubungan dan Sistem Eko-Pol-Int
Konfliktual & hanya menguntungkan bagi si kuat
Harmonis & saling menguntungkan
Konfliktual & menguntungkan si kuat
Konfliktual & saat ini merugikan si lemah, tetapi bias diperbaiki
Peran Negara
Primer, memperjuangkan kepentingan nasional
Sekunder, terbatas sebagai penjamin pasar bebas
Primer, memperjuangkan kepentingan kelas
Primer; memperjuangkan kepentingan kelompok negara ekonomi lemah dalam forum diplomasi
Hubungan Ekonomi dan Politik
Politik menentukan ekonomi. Pertimbangan ekonomi tunduk pada pertimbangan kekuasaan
Ekonomi seharusnya menentukan politik
Ekonomi menentukan politik
Timbal balik
Kemungkinan Perubahan
Perubahan eko-pol terjadi karena perubahan dalam distribusi/perimbangan kekuasaan
Eko-pol-int cenderung ke ekuilibrium dinamis
Eko-pol-int cenderung ke disekuilibrium
Perubahan bias diarahkan ke reformasi struktur secara damai
preskripsi
Negara lemah harus intervensi pasar demi melindungi ekonomi domestic dari dominasi asing
Manfaatkan sistem internasional, tetapi jangan intervensi pasar demi efisiensi
Negara lemah hindarkan diri dari system kapitalisme internasional. Tekankan strategy autarkhi
Manfaatkan organisasi internasional untuk strategy “collective self reliance & collective bargaining”

Penutup
Demikianlah pengantar diskusi ini. Pengantar yang jauh dari memadai, sebab ditulis dalam keadaan terburu-buru. Merdeka
                                                                                                                  Siantar, 26 Maret 2019


R E F E R E N S I
TOR panitia KTM GMNI Sumut
Abdulgani, Ruslan, 1986, Indonesia Menatap Masa Depan, Pustaka Merdeka, Jakarta
Soekarno, 1965, Dibawah Bendera Revolusi
Isaak, Robert A, 1995, International Political Economy
Hutapea, Reinhard, 2000, Sukarno, Nasionalisme, dan Globalisasi, PKNWK Untag, Jakarta
Mas’oed Mohtar, 1990, Ekonomi Politik Internasional, PAU SS UGM, Yogyakarta
Sosronegoro, Herqutanto, 1984, Beberapa Ideologi dan Implementasinya Dalam Kehidupan     Kenegaraan, Liberty, Yogyakarta.


[1] Moh Mahfud MD menyatakan bahwa mahasiswa saat ini hanya ingin cepat lulus dan IPK tinggi.
[2] Anehnya, justru generasi muda/millennial AS telah menolak kapitalisme. Survey Harvard University tahun 2016 menunjukkan 51% generasi muda negara itu telah menolak kapitalisme (tahun 2010 baru sekitar 38%). Apakah mereka memilih Sosialisme, yakni ketika pemerintah secara aktif mengatur dan mencampuri kegiatan ekonomi dan membatasi pilihan individu? Belum begitu pasti. Menurut survey Harvard, yang mendukung Sosialisme 38%, sedang menurut survey Reason – Rupe 2015, mayoritas yang berusia 18-24 tahun mendukung Sosialisme.
[3] Adam Smith yang menyarankan pasar bebas berpendapat bahwa pada dasarnya dunia ini telah diatur oleh suatu hukum alam tentang kekayaan. Menurut hukum ini, dorongan kepentingan individual dalam suara environment para individual yang mempunyai dorongan motivasi yang sama akan menghasilkan suatu persaingan. Persaingan pada gilirannya akan memberikan kepada masyarakat barang-barang yang diinginkan dengan harga yang bisa dijangkau. Pasar harus dibiarkan berjalan dengan sendirinya; produktivitasnya kemudian akan meluber dan menguntungkan; bagi masyarakat seolah-olah digerakkan oleh tangan-tangan yang tidak kelihatan (invisible hands) (Isaak, R, 1995:105). Ide yang sering juga disebut sebagai freedom of private initiative ini dalam kenyataannya tidak pernah tercapai. Teorinya jauh dari realita. Bisa jadi Adam Smith adalah great dreamer (pemimpi besar) kata Prof Dr Sri Edi Swasono (JKI, 1997:4)
[4] Pandangan Bung Karno tentang Karl Marx seperti yang ditulisnya dalam DBR……walaupun pembaca tentunya semua sudah sedikit-sedikit mengetahui apa yang telah diajarkan oleh Karl Marx itu, maka berguna pulalah agaknya, jikalau kita disini mengingatkan bahwa jasanya akhli piker ini ialah;ia mengadakan suatu pelajaran gerakan pikiran yang bersandar pada perbendaan (Materialistche Dialektik) – ia membentangkan teori, bahwa harganya barang-barang itu ditentukan oleh banyaknya “kerja” untuk membikin barang-barang itu, sehingga “kerja” ini ialah “wertbildende substanz”, dari barang-barang itu (arbeids-waarde-leer), -ia membeberkan teori, bahwa hasil pekerjaan buruh dalam pembikinan barang itu adalah lebih besar harganya dari pada yang ia terima sebagai upah (meerwaarde), -ia mengadakan suatu pelajaran riwayat yang berdasar perikebendaan, yang mengajarkan bahwa “bukan budi akal manusialah yang menentukan keadaannya, sebaiknya keadaannya dengan pergaulan hiduplah yang menentukan budi akalnya” (material-listiche geschiedeniso pvatting),-ia mengadakan teori, bahwa oleh karena “meerwaardee” itu dijadikan capital pula, maka capital itu makin lama makin menjadi besar (kapitalsaccumulatie), sedang capital-kapital yang kecil sama mempersatukan diri jadi modal yang besar (kapitalcentralisatie), dan bahwa oleh karena persaingan perusahaan-perusahaan yang kecil sama mati terdesak oleh perusahaan-perusahaan yang besar, sehingga oleh desakan-desakan ini akhirnya Cuma tinggal beberapa perusahaan saja yang amat besarnya (kapitalconcentratie), -dan ia mendirikan teori, yang dalam aturan kemodalan ini nasibnya kaum buruh makin lama makin tak menyenangkan dan menimbulkan dendam hati yang makin lama makin sangat (verelendungstheorie)
[5] Di dunia Barat Fasisme dianggap sebagai suatu isme kedua di abad ke-20 yang bertentangan dengan falsafah Liberal Barat. Yang pertama bertentangan adalah Komunisme. Bila dilihat dasar falsafahnya maka Fasisme merupakan bentuk pemerintahan yang bersifat totaliter, dalam arti bahwa seluruh pemerintahan dan kekuasaan ada di tangan kediktatoran partai tunggal. Sifat-sifat lain yang menonjol, dan turut mendukung gagasan Fasisme, adalah sifat ultra nasionalistis, rasialistis, militeristis dan imperialis. Di Eropa system politik yang pertama-tama menganut gagasan Fasisme adalah Italia yaitu di tahun 1922, setelah seorang guru bernama Mussolini merebut kekuasaan dengan bantuan partainya dan secara tergesa-gesa menyusun doktrin fasismenya. Kemudian disusul oleh Jerman di tahun 1933, sedang di Asia, Jepang pada tahun tigapuluhan menjadi fasistis dengan jalan menyusun kekuatan tunggal yang didasarkan atas kaidah-kaidah asli bangsa Jepang. Di Amerika juga terjadi gerakan-gerakan yang menuju kepada pembentukan suatu pemerintahan yang bersifat totaliter karena perwira-perwira angkatan bersenjata Argentina, yang tidak puas dengan keadaan, merebut kekuasaan. Gerakan ini dipimpin oleh Peron, seorang Kolonel yang kemudian menjadi Jendral.
Bila Komunisme itu timbul dalam masyarakat yang miskin dalam negara yang belum berkembang secara ekonomis maka Fasisme lazimnya timbul dalam negara yang secara ekonomis agak maju. Argentina di Amerika Latin misalnya merupakan salah satu negara di Amerika Latin, yang paling maju (Herqutanto Sosronegoro, 1984)
[6] Azas dan dasar negara Nazi adalah Sosialisme Nasional. Gagasan ini lebih dikenal orang dalam pelaksanaannya daripada dalam ajaran atau teorinya. Ajaran atau doktrinnya sesungguhnya didasarkan atas teori fasis yang mengutamakan proses kepemimpinan dan proses pengambilan keputusan, yang semuanya itu berada di satu tangan yaitu di tangan seorang diktatur. Doktrinnya sendiri tidak begitu rumit, atau kompleks, karena terkandung didalamnya dalil-dalil idealism, nasionalisme, sosialisme, sindikalisme bahkan republikanisme (ibid Herqutanto)
[7] Sean M Sheehan;……anarkisme secara etimologis adalah penolakan terhadap otoritas terpusat atau negara tunggal. Secara hakiki yang ditolak adalah “pemerintah” bukan “pemerintahan”. Sebagai ilustrasi kita baca uraian Proudhon….diperintah berarti pada setiap operasi dan setiap transaksi kita dicatat, didaftar, diurutkan, dipajaki, distempel, diukur, dinomori, ditaksir, disahkan, diizinkan ditegur, dilarang, dirombak, dikoreksi, dihukum. Semua itu atas nama keperluan public, dan atas nama kepentingan umum pula kita ditariki iuran, dilatih, dijatah, dieksploitir, dimonopoli, diperas, ditekan, dibingungkan, dirampok. Lalu selanjutnya ketika kita sedikit membangkang, melontarkan pengaduan pertama, kitapun ditindas, dedenda, dipukuli, dilucuti, dicekik, dipenjara, dihakimi, dihukum, ditembak, dideportasi, dikorbankan dijual, dihianati. Dan lebih hebat dari semua itu, kita dihina, diolok-olok, dijadikan sasaran kemarahan, dipermalukan martabatnya. Itulah pemerintah, itulah keadilan, itulah moralitasnya (hal 23)……..adapun intisari para pengikut anarkisme ini adalah pandangannya terhadap negara yang dianggap sebagai horror. Bakunin:…..negara itu seperti rumah jagal raksasa atau kuburan maha luas…..
[8] Akan diuraikan dalam sessi Marhaenisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar