Kamis, 15 Juni 2017

SEJARAH, PERJUANGAN, SERTA VISI DAN MISI PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA




SEJARAH, PERJUANGAN, SERTA VISI DAN MISI PEMUDA DEMOKRAT INDONESIA:
Reaktualisasi Peran Pemuda Dalam Partisipasi Membangun Banten
Oleh: Reinhard Hutapea
Disampaikan dalam Konferda Pemuda Demokrat IndonesiaBanten,25Mei 2008

Pendahuluan
Inilah tema yang diberikan panitia Konferda Pemuda Demokrat Indonesia, Banten kepada kami. Cukup panjang dan membutuhkan pemikiran yang dalam. Tidak mungkin bisa kita bahas dalam waktu yang singkat, mengingat focus acara inipun adalah Konferensi Daerah. Masing-masing kandidat mungkin sudah mempersiapakan opsi-opsi, begitu pula tim-tim suksesnya sudah pasti akan ….kesana. oleh karena itu tulisan ini akan dibuat ringan dan tidak usah terlalu menguras pikiran.
Adapun cara memudahkannya adalah, tidak usah lagi kita bahas akan sejarah, perjuangan, ataupun visi-misinya sebab itu sudah tertulis dalam Anggaran Dasar (AD), maupun Anggaran Rumah Tangga (ART), serta program kerjanya. Kami yakin bahwa semua yang hadir dalam ruangan ini sudah mengetahui itu semua. Kecuali mungkin yang baru saja memasuki organisasi ini. Akan tetapi meskipun demikian, akan kita selipkan nanti dalam ulasan-ulasan dibawah ini

Teringat Bung Karno
Dalam memperingati 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional beberapa hari yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan tiga hal yang harus kita laksanakan apabila kita ingin menjadi bangsa yang besar, kuat dan jaya. Ketiga hal ini adalah:
  • Kemandirian
  • Daya saing, dan
  • Peradaban
Seperti apa itu mandiri, daya saing atau peradaban? Disinilah (mungkin) perbedaan penafsirannya. Berbagai manusia, pakar, pengamat atau yang ahdir dalam forum ini akan mempunyai pengertian yang tidak selalu sama. Mandiri secara singkat, biasanya diartikan berdiri diatas kaki sendiri. Tidak berdiri di atas kaki orang lain. Dan memang suatu yang sukar apabila kita berdiri diatas kaki orang lain. Coba sama-sama kita bayangkan bila kita yang hadir dalam forum ini, sama-sama berdiri diatas kaki orang lain, seperti apa jadinya
Mungkin saja bahwa ada kejadian demikian, tapi pasti itu sudah abnormal. Dalam tumbuh-tumbuhan ada tumbuhan yang hidup dengan menumpang atau hidup dari tumbuhan lain. Namanya “benalu”. Dalam istilah biologi atau botani, benalu dikenal sebagai tumbuhan penghisap, yakni “parasit”. Hidup mengisap tumbuhan lain. Akan tetapi apabila dihubuingkan dengan dunia kehidupan manusia, khususnya dalam dunia politik, masalah “parasit” ini sudah barang tentu bukan hal yang baru. Usianya sudah setua manusia atau kehidupan itu sendiri, yakni, adanya manusia yang hidup dengan menghisap manusia yang lain, suatu bangsa yang menghisap bangsa lain, suatu Negara yang menghsisap negara lain. Inilah yang dikenal dengan “penjajahan, kolonialisme atau imperialisme”
Penjajah, kolonial atau imperialis adalah mahluk, manusia atau insan yang tidak mau berdiri diatas kaki sendiri, mereka mau berdiri diatas kaki orang lain. Indonesia mengalami ini sejak lama, 350 tahun dihisap Belanda, 3,5 tahun diperas Jepang. Pemuda Soekarno yang melihat ketimpangan ini tidak dapat menerima keadaan. Meski sesungguhnya, beliau (Bung Karno) dapat hidup enak di era penjajahan, tapi mengambil jalan susah untuk melepaskan negerinya dari kolonialisme. Bung Karno melakukan perlawanan dengan tidak menghitung apakah ia selamat atau tewas, dipenjara atau tidak, seluruh jiwa raganya ia berikan untuk kemedekaan bangsanya, agar bisa “berdiri di atas kaki sendiri”. Dengan kata lain “mandiri”
Disegala bidang harus mandiri, baik itu politik, ekonomi, social atau kebudayaan. Untuk mewujudkan cita-citanya itu Bung Karno memformulasikannya dengan tiga kemandirian, alias “Tri Sakti”, yakni:
  1. berdaulat dalam bidang politik
  2. berdikari dalam bidang kebudayaan, dan
  3. berkepribadian dalam bidang kebudayaan
Lalu apa bedanya dengan pidato SBY?, bukankah hanya permainan kata-kata? Retorika, euphemism?. Bung Karno sudah lama menyatakan itu. Jadi tidak ada yang baru dari pidato presiden. Kita-kita yang hadir dalam konferda ini pasti sudah tahu itu semua. Intinya adalah “tri sakti”
Inilah yang menjadi perjuangan, visi-misi atau tujuan kaum-kaum nasionalis, seperti kita Pemuda Demokrat Indonesia. bagaimana mewujudkannya menjadi cita-cita atau perjuangan kita sejak organisasi ini dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1947. Pemuda Demokrat dengan sadar, tanpa pamrih, meskipun mengalami pasang surut terus berupaya mengaplikasikannya. Untuk menghela Belanda yang tidak mau melepasan Indonesia dari kolonialnya, Pemuda Demokrat tidak saja berteriak merdeka, tapi ikut memanggul senjata hingga mencapai kemerdekaan penuh pada tahun 1949. banyak pemuda demokrat yang tewas dan martir perjuangan kala itu. Demikian pula akan perjuangan-perjuangan fisik yang lain, Pemuda ikut berperan aktip. Tidak berdiri dibelakang meja, atau sekedar mendorong-dorong pihak lain. Tapi aktip
Pola-pola seperti itulah yang membuat “sifat, prinsip atau karakter”  perjuangan Pemuda adalah “Progresif- Revolusioner”. Inilah mungkin yang perlu kita renungkan saat ini, apakah kita masih “Progresif-Revolusioner” atau sudah…..sebagaimana popular dewasa ini, telah …”pragmatis, hedonis, konsumeris, dekaden, bertuhankan materi, memberhalakan iptek”….dan lain-lain sebutan yang berbalik atau bertolak belakang dengan sifat “progresif-revolusioner. Mari sama-sama kita renungkan.
Pada waktu Kongres XIIIdi Wisama Kinasih , Ketua Umum,H. Fachruddin, telah mensinyalir, keberadaan kita yang kurang progresif-revolusiner, makanya beliau dalam pidatonya meminta agar kita, Pemuda Demokrat Indonesia, kembali k eke khittah, yakni Pemuda Demokrat Indonesia yang progresif-revolusioner. Kembali ke ajaran-ajaran Bung Karno secara orisinil, kembali terjun bersama-sama rakyat memperjuangkan aspirasinya. Kita tidak usah teriak-teriak Marhaenis, kalau kita tidak bisa memperjuangkan aspirasi rakyat. Perjuangan bersama-sama rakyat itulah yang menunjukkan bahwa kita “Marhaenis atau Mahaenis gadungan”. Saat ini banyak Marhaenis-Marhaenis gadungan. Bicara, pidato atau wacananya selalu Marhaenis, selalu mempejuangkan si Marhaen, tapi perlakunya adalah sebaliknya. Mereka banyak lebih liberal daripada kaum Liberal, lebih Kapitalis daripada Kapitalis, tidak jarang menjadi “garong’ atas nama jabatan, mengkomersilkan ….dan macam-macam perilaku menyimpang. Siapa- mereka-mereka itu?, tidak susah melacaknya……
Mari kita pelajari sejarah. Berapa banyak kaum nasionalis yang berani membela Bung Karno, ketika beliau dijatuhkan dari takhta kekuasaan. Tidakkah banyak kala itu yang berbalik arah, melawan nurani, ikut menyalahkan Bung Karno dan membela Orde Baru?. Begitu pula ketika Orde Baru berkuasa, berapa banyak yang berani menyatakan dirinya “Kaum Nasionalis”. Akan tetapi ketika Orde Baru tumbang digantikan Orde Reformasi, bak cendawan di musim hujan, pada semua ngaku-ngaku Sukarnois, Marhaenis dan lain-lainnya.

Melawan Nekolim dan Neoliberal
Untuk tidak terlalu jauh belajar sejarah dan hal-hal yang memerlukan pembahasan mendalam, baiklah kita kembali ke tema tulisan, agar ada manfaat dan hubungannya dengan perjuangan kita selanjutnya. Untuk ini perlu kembali kita camkan organisasi kita sesungguhnya organisasi apa, apa tujuannya?, apa upaya mencapai tujuan tersebut?. Untuk ini marilah sejenak kita mengartikan atau mendefinisikan apa itu Pemuda Demokrat Indonesia. dalam Anggaran Dasar (AD), bab II pasal 5 dikatakan:
Pemuda Demokrat Indonesia adalah organisasi kemasyarakatan sekaligus organisasi pergerakan yang bersifat independent dan terbuka, anti penindasan, anti kemiskinan dan ketidakadilan

Sedangkan tujuannya adalah:
Mempertahankan dan mengamankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
1.      mengisi kemerdekaan dengan mewujudkan Masyarakat Adil dan makmur materill-spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
2.      mewujudkan tercapainya perdamaian dunia yang sempurna dan abadi yang menjamin hubungan antar bangsa atas dasar persamaan hak dan derajat dalam suatu dunia baru yang bebas dari kapitalisme, imperialisme, kolonialisme, feodalisme, komunisme dalam segala bentuk dan manifesatasinya. (pasal 6 AD)
untuk mencapai tujuan tersebut, Pemuda Demokrat Indonesia, melakukan upaya sebagai berikut:
1.      melaksanakan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945
2.      menanamkan dan menumbuhkembangkan kesadaran serta kecintaan berbangsa, bertanah air berbahasa Indonesia
3.      berperan aktif, korektif, konstruktif dalam proses pembangunan bangsa dan Negara
4.      meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan organisasi pemuda, baik di dalam maupun di luar negeri atas dasar persamaan hak dan persamaan derajat. (pasal 8, AD)

Inilah yang menjadi arah, koridor atau tujuan kita berjuang. Pemuda Demokrat Indonesia supaya mencamkan ini baik-baik. Kita punya aturan, arah, tujuan yang sudah dituangkan didalam Anggaran Dasar (AD), maupun Anggaran Rumah Tangga (ART), serta program perjuangan.
Dari pengertian atau definisi ada tiga variable yang harus kita camkan, yakni
  • anti penindasan
  • anti kemiskinan
  • anti ketidak adilan

sedangkan dari tujuan ada beberapa variabel, seperti:
  • bebas dari kapitalisme
  • bebas dari imperialisme
  • bebas dari kolonialisme
  • bebas dari feodalisme
  • bebas dari komunisme

Dari variable-variabel ini apa yang mau kita katakan adalah bahwa musuh kita dari era penjajahan, era Bung Karno, era Soeharta, Era Reformasi sampai pertemuan kita saat ini masihlah sama, yakni “kapitalisme”. Penghambaan kepada “materi, uang dan bentuk-bentuk materi lainnya”
Substansinya belum berubah, masih tetap sama. Perbedaannya adalah kalau dulu kita dijajah langsung dengan “meriam dan serdadu”, kini oleh bangsa sendiri dan kalangan pemodal, serta kapitalis internasional.
Melihat konstalasi demikian, Bung Karno kembali mendapat tempat sebagai pemimpin dan pemikir besar, yang telah melihat jauh ke depan. Ia telah mewanti-wanti sejak lama, bahwa suatu saat akan muncul penjajah yang sangat berbahaya, yang lebih gawat dari penjajah-penjajah konvensional, sebab ia tidak saja datang dari luar, tapi dari dalam, dari bangsa sendiri. Sedangkan yang dari luar, ia mengatakan hanya berganti bulu saja. Mereka tetap akan menerkam. Menerkam tidak pakai serdadu dan meriam, tapi melalui ekonomi. Tesisnya ini terkenal dengan sebutan “Nekolim”, neo kolonialisme, neo imperialisme.
Nekolim menjadi musuh utama kita saat ini. Ia (Nekolim) adalah penjajahan model baru baru yang canggih, sebagai dampak dari diterapkannya saat ini ideologi baru yang bernama “Neo-liberal”. Ideologi yang tidak mengijinkan negara (state) campur tangan dalam urusan-urusan perekonomian. Semua urusan ekonomi harus dijalankan swasta. Persaingan (kompetisi) menjadi prinsipnya,  Pasar adalah pujaannya. Free fihter liberalis. Jelasnya atau singkatnya “pasar bebas”. Suatu ideologi yang diterapkan pertama sekali oleh Ronald Reagan dan Margareth Thatcher dalam pertemuan Washington tahun 1980. Oleh karena itu sebutannya dikenal dengan “Consensus Washington”. Drajad Wibowo, menengarai Indonesia telah membabi buta mengikuti Consensus Washington.
Apa yang kita alami , dua hari yang lalu (kenaikan BBM) tidak terlepas dari pola-pola Consensus Washington. Ekonomi kita mau diliberalkan habis-habisan. Semua pemain ekonomi tanpa batas, tanpa saringan dapat masuk ke Indonesia. BUMN-BUMN strategis sebanyak 44, menurut Amin Rais akan dijual (divestasi). Semua nanti akan menjadi milik asing. Bung Karno pada waktu Presisden, dengan tegas menolak pola-pola demikian. Ucapannya yang terkenal “go to hell with your aid”, adalah dalam kerangka menolak itu semua. Bung Karno tidak anti modal asing, tapi ia, tidak sudi apabila modal, capital itu yang menguasai. Itu sebabnya ia mengatakan, yang harus dituntaskan bangsa Indonesia, supaya ia kuat, dapat bersaing, sebagaimana disinggung SBY dalam pidatonya adalah, melaksanakan terlebih dahulu “nation and character building”, Cina dan India yang disebut-sebut telah kapitalis dewasa ini, sudah lebih dulu melakukan itu (nation and character building). Kunci utama dalam “nation and character building ini adalah “pendidikan”. Hal ini sementara kita tinggalkan dulu sebab pembahasannya sangat panjang, kembali ke sub tema makalah ini, yakni reaktualisasi peran pemuda dalam membangun partisipasi membangun Banten

Peran Pemuda di Banten
Pertanyaannnya adalah: apa yang akan dilakukan Pemuda Demokrat dalam membangun Banten?, atau lebih spesifik: bentuk partisipasi apa yang dapat diperankan di Banten?. Jawabannya sesungguhnya sudah disinggung di atas, yakni dari pengertian atau definisi Pemuda Demokrat Indonesia, Tujuannya dan Upaya mencapai tujuan (visi-misi) tersebut.
Organisasi ini adalah organisasi kemasyarakatan sekaligus organisasi gerakan. Ia dapat melakukan kedua fungsi itu secara simultan, yakni langsung terjun membantu masyarakat, sekaligus melakukan upaya-upaya politik. Bentuk atau masalah apa yang akan dibantu atau digerakkan, silahkan mempelajari lebih dulu. Apa yang menjadi masalah utama di Banten?. Kalau diurut mungkin sangat banyak. Pilih mana yang prioritas
Kita sebagai organisasi yang anti penindasan, anti kemiskinan, anti ketidak adilan, mari kita lihat bagaimanan ketiga hal tersebut di Banten. Masihkah rakyat itu terus menerus mengalami ketertidasan,kemiskinan dan ketidakadilan?.kita lihat penyebanya kenapa?. Tertindas, miskin dan terkapar karena kelemahannya sendiri, atau karena sistim yang sedang berlangsung?. Jika karena kelemahannya sendiri, mari kita sadarkan, kita didik, kita Bantu, kita fasilitasi. Jika karena sisitim kekuasaan yang menindas, mari kita……lawan, sebagaimana jargon beberapa waktu yang lalu hanya satu kata..lawan.
Terima kasih.

Serang, 25 Mei 2008
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar