Selasa, 04 Juli 2017

PIDATO PENGANTAR SEMINAR WAWASAN KEBANGSAAN/FACHRUDIN




Pidato Pengantar
Seminar Wawasan Kebangsaan
Oleh Fachruddin;
Ketua Pemuda Demokrat Indonesia,
Ged Pola, 31 Mei 2008

Merdeka
Ass Wr Wb.

Yth
Bapak Dirjen Kesbangpol DDN
Para undangan dan
Para peserta Seminar

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Yuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenannyalah kita dapat bertemu dalam suasana yang bahagia ini.

Saudara-saudara yag terhormat
Kalau kita pelajari sejarah perjalanan Bangsa yang kita cintai ini dapat dikatakan tidak henti-hentinya dari rongrongan, ancaman dan tantangan. Proklamasi kemerdekaan yang dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak serta merta dapat mewujudkan cita-citanya karena rongrongan, ancaman dan tantangan yang datang kemudian. Pihak penjajah, yakni Belanda tidak rela Indonesia merdeka. Dengan segala cara mereka terus berupaya agar negeri yang sudah diproklamirkan ini dapat dijajah kembali. Mereka melakukan politik adu domba, provokasi dan lain-lain cara agar negeri ini kembali dikuasai. Meskipun dengan sekuat tenaga kita lawan, namun karena ada juga elemen-elemen lain yang berpihak kepada Belanda, Belandapun akhirnya berhasil melakukan clash action. Mereka kembali masuk.namun karena jiwa nasionalisme yang kuat, merekapun berhasil kita halau pada tahun 1949.
Setelah kita berhasil menghalau Belanda, ternyata gangguan-gangguan terhadap kebangsaan kita pun tidak segera berhenti. Kalau pasca proklamasi, penjajah Belanda yang mengganggu, kali ini adalah dari dalam bangsa kita sendiri, yakni munculnya pembrontakan-pembrontakan daerah. Alasannya bermacam-macam. Ada yang tidak puas dengan kebijakan pusat, ada yang mau menjadikan negara Islam dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa ini, misalnya adalah PRRI/Permesta, DII/TII dan lain-lain. Akan tetapi dengan nasionalisme yang membara, peristiwa-peristiwa inipun berhasil kita tumpas.

Saudara-saudara yang terhormat
Akan tetapi meskipun kita berhasil menumpas ancaman-ancaman tersebut, tidak serta merta kita dapat bekerja dengan tenang, sebab gangguan lainpun tidak pernah berhenti. Pihak-pihak, kalangan-kalangan atau negara-negara lainpun banyak yang tidak suka Indonesia merdeka, berdaulat untuk mengisi kemerdekannya. Kita tahu pada waktu itu, sedang berkobar perang dingin, yakni perang ideologi antara “sosialis-komunis” yang dimotori Uni Soviet/RRC dan ideologi “liberal-kapitalis” yang dinakhodai Amerika Serikat.
Kedua kekuatan ini saling berebut pengaruh diseluruh dunia, khususnya di Indonesia. kedua pihak terus berupaya agar Indonesia masuk kedalam bloknya. Namun sebagaimana kita ketahui bersama, Bung karno sebagai “tokoh nasionalis” berhasil menghalau kedua kekuatan tersebut.
Tidak saja berhasil menghalau, bahkan sukses menyatukan bangsa-bangsa yang tidak mau masuk kedalam dua blok itu. Soekarno dengan gemilang menyatukannya melalui Konperensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 dan dilanjutkan dengan pembentukan “Non Blok” di Belgrado, Yugoslavia pada tahun 1961.
Inilah sukses terbesar yang pernah dialami Indonesia dan menempatkan Bung Karno menjadi salah satu tokoh besar sejarah dunia di panggung Internasional

Saudara saudara Yth
Namun, meskipun Bung Karno berhasil mempertahankan kemerdekaan dan menggalang kekuatan Asia Afrika dan membentuk Non Blok, gangguan-gangguan terhadap kebengsaan Indonesia tidak pernah berhenti. Kedua blok yang terlibat perang dingin terus berupaya agar Indonesia, masuk kedalam orbitnya. Uni Soviet dengan Republik Rakyat China tidak henti-hentinya mempengaruhi. Sebaliknya Amerika Serikat dengan Negara-negara Barat demikian pula. Berbagai upaya, ikhtiar dan strategi mereka upayakan.untuk mempengaruhi Soekarno. Puncaknya adalah meletusnya peristiwa G 30 S, yang membawa Bung Karno turun dari takhta kekuasannya. Bung Karno selanjutnya digantikan Soeharto
Soeharto dengan rezim Orde Barunya dengan serta merta merubah total sistim politik, ekonomi dan ketatanegaraan sebelumnya. Semboyannya adalah melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Sedangkan jargonnya adalah “politik no-ekonomi yes” atau pembangunan yes-politik no”. namun apa realitanya? Kita sudah sama sama tahu. Pemerintahan yang muncul adalah pemerintahan yang sangat refresif, diktator dan otoriter. Janji-janji yang pernah dikemukakan tinggal sebatas janji-janji, kehidupan bangsa, negara dan rakyat tetap tidak berubah

Saudara-saudara yth
Dengan gagalnya Soeharto dan rezim Orde Barunya, muncullah Orde Reformasi yang digerakkan para pemuda dan mahasiswa dengan tekad yang tidak berbeda dengan tekad Orde Baru sebelumnya, yakni perubahan yang membuat kehidupan bangsa, Negara dan rakyat akan semakin baik. begitu indah janji dan tekad itu, namun lama kelamaan kelihatan buruknya. Buruknya ternyata ebih buruk dari era-era sebelumnya. Reformasi yang mensiratkan kebebasan, pada akhirnya melahirkan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Bukan kebebasan untuk kemakmuran, kesejahteraan atau keadilan, melainkan kebebasan untuk kebebasan. Bahasa populernya adalah kebebasan yang kebablasan
Semua mau dirubah dengan sekejab, hal-hal yang sangat peka, seperti UUD 1945 dengan tidak melalui perhitungan yang matang diamandemen sehingga hasilnya berantakan. Kehidupan ekonomi yang diharapkan dapat memakmurkan rakyat semakin jauh dari harapan, karena ketergantungan kita kepada pasar global semakin besar.Ini hanya dua contoh. Masih banyak contoh yang lain. Yang pasti euphoria reformasi akhirnya  menjadi anti klimaks, anti reformasi itu sendiri dan pada akhirnya lebih gawat dari era Orde Baru. Hal-hal yang sebelumnya dapat diredam , dengan reformasi yang tidak terarah muncul kepermukaan. Hal-hal ini antara lain adalah:
-munculnya sentiment kedaerahan
-munculnya fundamental keagamaan
-tampilnya issu-issu separatisme
-mengemukanya ideologi neo liberal
-keterpurukan ekonomi
-dan lain-lain
Semua ini mengancam rasa kebangsaan kita dewasa ini. Mengapa, kenapa dan bagaimana itu bisa terjadi inilah yang akan dibahas dalam seminar sehari ini, dan yang paling penting adalah semoga ada jalan keluarnya. Selamat berseminar.

Merdeka
Jakarta, 31 Mei 2008

H. FACHRUDDIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar