Pidato Pengantar
Seminar Wawasan Kebangsaan
Oleh Fachruddin;
Ketua Pemuda
Demokrat Indonesia,
Ged Pola, 31 Mei
2008
Merdeka
Ass Wr Wb.
Yth
Bapak Dirjen Kesbangpol DDN
Para undangan dan
Para peserta Seminar
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Yuhan Yang Maha
Esa, karena atas perkenannyalah kita dapat bertemu dalam suasana yang bahagia
ini.
Saudara-saudara yag terhormat
Kalau kita pelajari sejarah perjalanan Bangsa yang kita
cintai ini dapat dikatakan tidak henti-hentinya dari rongrongan, ancaman dan
tantangan. Proklamasi kemerdekaan yang dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945
tidak serta merta dapat mewujudkan cita-citanya karena rongrongan, ancaman dan
tantangan yang datang kemudian. Pihak penjajah, yakni Belanda tidak rela
Indonesia merdeka. Dengan segala cara mereka terus berupaya agar negeri yang
sudah diproklamirkan ini dapat dijajah kembali. Mereka melakukan politik adu
domba, provokasi dan lain-lain cara agar negeri ini kembali dikuasai. Meskipun
dengan sekuat tenaga kita lawan, namun karena ada juga elemen-elemen lain yang
berpihak kepada Belanda, Belandapun akhirnya berhasil melakukan clash action.
Mereka kembali masuk.namun karena jiwa nasionalisme yang kuat, merekapun
berhasil kita halau pada tahun 1949.
Setelah kita berhasil menghalau Belanda, ternyata
gangguan-gangguan terhadap kebangsaan kita pun tidak segera berhenti. Kalau
pasca proklamasi, penjajah Belanda yang mengganggu, kali ini adalah dari dalam
bangsa kita sendiri, yakni munculnya pembrontakan-pembrontakan daerah. Alasannya
bermacam-macam. Ada yang tidak puas dengan kebijakan pusat, ada yang mau
menjadikan negara Islam dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa ini, misalnya adalah
PRRI/Permesta, DII/TII dan lain-lain. Akan tetapi dengan nasionalisme yang
membara, peristiwa-peristiwa inipun berhasil kita tumpas.
Saudara-saudara yang terhormat
Akan tetapi meskipun kita berhasil menumpas
ancaman-ancaman tersebut, tidak serta merta kita dapat bekerja dengan tenang,
sebab gangguan lainpun tidak pernah berhenti. Pihak-pihak, kalangan-kalangan
atau negara-negara lainpun banyak yang tidak suka Indonesia merdeka, berdaulat
untuk mengisi kemerdekannya. Kita tahu pada waktu itu, sedang berkobar perang
dingin, yakni perang ideologi antara “sosialis-komunis” yang dimotori Uni
Soviet/RRC dan ideologi “liberal-kapitalis” yang dinakhodai Amerika Serikat.
Kedua kekuatan ini saling berebut pengaruh diseluruh
dunia, khususnya di Indonesia. kedua pihak terus berupaya agar Indonesia masuk
kedalam bloknya. Namun sebagaimana kita ketahui bersama, Bung karno sebagai “tokoh
nasionalis” berhasil menghalau kedua kekuatan tersebut.
Tidak saja berhasil menghalau, bahkan sukses menyatukan
bangsa-bangsa yang tidak mau masuk kedalam dua blok itu. Soekarno dengan
gemilang menyatukannya melalui Konperensi Asia Afrika di Bandung pada tahun
1955 dan dilanjutkan dengan pembentukan “Non Blok” di Belgrado, Yugoslavia pada
tahun 1961.
Inilah sukses terbesar yang pernah dialami Indonesia dan
menempatkan Bung Karno menjadi salah satu tokoh besar sejarah dunia di panggung
Internasional
Saudara saudara Yth
Namun, meskipun Bung Karno berhasil mempertahankan
kemerdekaan dan menggalang kekuatan Asia Afrika dan membentuk Non Blok,
gangguan-gangguan terhadap kebengsaan Indonesia tidak pernah berhenti. Kedua
blok yang terlibat perang dingin terus berupaya agar Indonesia, masuk kedalam
orbitnya. Uni Soviet dengan Republik Rakyat China tidak henti-hentinya
mempengaruhi. Sebaliknya Amerika Serikat dengan Negara-negara Barat demikian
pula. Berbagai upaya, ikhtiar dan strategi mereka upayakan.untuk mempengaruhi
Soekarno. Puncaknya adalah meletusnya peristiwa G 30 S, yang membawa Bung Karno
turun dari takhta kekuasannya. Bung Karno selanjutnya digantikan Soeharto
Soeharto dengan rezim Orde Barunya dengan serta merta merubah
total sistim politik, ekonomi dan ketatanegaraan sebelumnya. Semboyannya adalah
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Sedangkan
jargonnya adalah “politik no-ekonomi yes” atau pembangunan yes-politik no”.
namun apa realitanya? Kita sudah sama sama tahu. Pemerintahan yang muncul
adalah pemerintahan yang sangat refresif, diktator dan otoriter. Janji-janji
yang pernah dikemukakan tinggal sebatas janji-janji, kehidupan bangsa, negara
dan rakyat tetap tidak berubah
Saudara-saudara yth
Dengan gagalnya Soeharto dan rezim Orde Barunya,
muncullah Orde Reformasi yang digerakkan para pemuda dan mahasiswa dengan tekad
yang tidak berbeda dengan tekad Orde Baru sebelumnya, yakni perubahan yang
membuat kehidupan bangsa, Negara dan rakyat akan semakin baik. begitu indah
janji dan tekad itu, namun lama kelamaan kelihatan buruknya. Buruknya ternyata ebih
buruk dari era-era sebelumnya. Reformasi yang mensiratkan kebebasan, pada
akhirnya melahirkan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Bukan kebebasan untuk
kemakmuran, kesejahteraan atau keadilan, melainkan kebebasan untuk kebebasan. Bahasa
populernya adalah kebebasan yang kebablasan
Semua mau dirubah dengan sekejab, hal-hal yang sangat
peka, seperti UUD 1945 dengan tidak melalui perhitungan yang matang diamandemen
sehingga hasilnya berantakan. Kehidupan ekonomi yang diharapkan dapat
memakmurkan rakyat semakin jauh dari harapan, karena ketergantungan kita kepada
pasar global semakin besar.Ini hanya dua contoh. Masih banyak contoh yang lain.
Yang pasti euphoria reformasi akhirnya menjadi
anti klimaks, anti reformasi itu sendiri dan pada akhirnya lebih gawat dari era
Orde Baru. Hal-hal yang sebelumnya dapat diredam , dengan reformasi yang tidak
terarah muncul kepermukaan. Hal-hal ini antara lain adalah:
-munculnya sentiment kedaerahan
-munculnya fundamental keagamaan
-tampilnya issu-issu separatisme
-mengemukanya ideologi neo liberal
-keterpurukan ekonomi
-dan lain-lain
Semua ini mengancam rasa kebangsaan kita dewasa ini.
Mengapa, kenapa dan bagaimana itu bisa terjadi inilah yang akan dibahas dalam
seminar sehari ini, dan yang paling penting adalah semoga ada jalan keluarnya.
Selamat berseminar.
Merdeka
Jakarta, 31 Mei 2008
H. FACHRUDDIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar