Minggu, 16 Oktober 2016

MAKNA KUNJUNGAN SBY KE INDIA




Oleh: Reinhard Hutapea
Staf pengajar FISIP UNTAG Jakarta

India menyambut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan meriah, hangat dan penuh persahabatan. Upacara kenegaraan penuh dilakukan menyambut sang Presiden. Apalagi pada hari tersebut adalah hari peringatan kemerdekaan India, membuat kunjungan demikian adalah sesuatu yang istimewa. Mungkin lebih istimewa ketimbang kunjungan Barack Obama belum lama berselang ke negeri tersebut. Makna apa yang dapat kita tarik dari kunjungan demikian?  adakah yang diharapkan atau hanya sekedar rutinitas kenegaraan? Atau sekedar nostalgia kehangatan masa lalu?

Nostalgia Masa Lalu
Dalam setting histories, sosiologis dan politis India sangat dekat dengan Indonesia. Ketika Indonesia berjuang melawan colonial Belanda, India adalah salah satu negara pendukung utama. Pejuang-pejuang kemerdekaan yang melakukan diplomasi ke luar negeri , selalu didukung oleh negara terbesar di Asia Selatan tersebut.
Tidak cukup disitu, setelah merdeka, India juga menjadi salah satu pendukung utama kemerdekaan Indonesia, selain Mesir dan lain-lain. Begitu pula untuk menyokong perjuangan negara-negara lain yang masih terjajah kedua negara ini bahu membahu memberikan motivasi dan bantuan yang dianggap perlu
Keakraban ini semakin nyata ketika Indonesia melakukan penggalangan bangsa-bangsa Asia Afrika melawan kolonialisme yang masih merajalela dalam segala manifestasinya. India memberikan dukungan penuh. Peran-peran diplomasi yang diusung diplomat-diplomat Indonesia, seperti yang diperankan oleh Duta Besar Keliling, Ny Supeni, Menteri Luar Negeri, Mr Sunaryo, PM Ali Sastroamidjojo dan Ruslan Abdulgani, untuk mensukseskan Konperensi Asia Afrika disokong penuh oleh India . Diplomasi antara Jakarta dan New Delhi berlangsung dengan intens
Bagaimana hubungan itu begitu akrab dapat dilihat dari peran Nehru pada waktu Konperensi Asia Afrika di Bandung. Dengan dramatis tanpa dipersilahkan lebih dahulu oleh protokoler, langsung menyambar pengeras suara ,Nehru berpidato berapi-api mengobarkan semangat perlawanan terhadap kolonialisme dan imperalisme dalam segala manifestasinya. Hadirin menyambutnya dengan sorak soara gegap gempita yang membuat gedung Merdeka Bandung menggelegar. Peran itu menunjukkan bahwa Nehru menganggap pertemuan akbar tersebut adalah rumahnya sendiri. Peran ini sudah tercatat dalam panggung sejarah dunia karena mensupport Negara-negara di Asia Afrika yang terjajah untuk merdeka.
Peran seru nan gegap gempita tersebut ,tidak hanya disitu, melainkan dilanjutkan dengan kerjasama  yang jauh lebih dahsyat, yakni melahirkan kekuatan dunia yang tidak mendongak kepada salah satu blok dunia yang sedang bertikai saat itu dalam perang dingin. Soekarno dan Nehru yang sadar ekses perang dingin menggalang kekuatan-kekuatan lain di seluruh dunia. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan Non Blok yang dicetuskan pada tahun 1961 di Belgrado – Yugoslavia. Inilah Dunia III sebagai alternative terhadap dua raksasa adikuasa yang terlibat perang dingin saat itu  dan terus abadi hingga saat ini

Sebatas Film
Sayang hubungan akrab kedua negara ini  tidak berlangsung abadi. Medio tahun 1960-an terjadi perubahan drastis di Indonesia. Singgasana kekuasaan berganti actor, berganti kebijakan dan khususnya dalam kebijakan luar negeri terjadi perubahan yang significan.
Kalau sebelumnya Indonesia sangat aktif dalam kancah politik internasional memperjuangkan nasib bngsa-bangsa tertindas, dalam era baru yang berubah perannya disunat hanya sebatas Asia Tenggara. Peran-peran yang  sebelumnya dipentaskan oleh Soekarno dianggap tidak efisien nan hanya menciptakan mercu suar yang tidak mensejahterakan bangsa, negara dan masyarakat. Era itu harus diakhiri
Rezim Soeharto yang berslogan “Politik no, Ekonomi yes”, atau “Pembangunan yes-Politik no”, bertekad melaksanakan kebijakan pembangunan yang berfocus pertumbuhan (growth). Konsekwensinya kerja-kerja atai kiprah diluar ekonomi menjadi marjinal. Politik, khususnya politik luar negeri hanya diarahkan bagaimana agar investasi asing/modal luar mengalir ke Indonesia
Investasi/Modal demikian sudah pasti ada di Barat, yakni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang, sebab memang merekalah yang menguasai perekonomian saat itu. Tidak mungkin minta bantuan atau utang dari India, sebab negeri Hindu ini juga sedang dalam keadaan melarat. Begitu pula negara-negara di Timur saat itu berada dalam serba kekurangan.
Rezim Soeharto yang bertekad melakukan pembangunan ekonomi, tiada lain-tiada bukan melihat Barat sebagai satu-satunya alternative.Terjadilah hubungan yang sangat erat dengan Barat, sebaliknya dengan Timur (baca India). Indonesia yang tadinya kental dengan Non Blok, berubah haluan menjadi abu-abu, kalau bukan sudah ngeblok  ke Barat
Meskipun relasi dengan Barat sangat erat, tidak berarti  hubungan dengan India putus. Hubungan itu tetap ada, namun tidak seperti era-era sebelumnya. Hubungan secara politik, jelas sangat berubah. Demikian juga derivasinya  secara ekonomi telah bergeser. India yang konsisten dengan Sosialisme ala Indianya, Indonesia sudah masuk blok Kapitalisme Barat..Dua kutub yang bertolak belakang. Oleh karena itu hubungan yang mencuat kemudian  adalah hubungan biasa.
Demi menjaga citranya, Indonesia terus menjaga relasi, namun sebatas tetangga yang baik. Indiapun mungkin melakukan hal yang sama. Saling menjaga keseimbangan dalam pola dan sepak terjang yang bebeda. Hubungan yang paling tepat dalam suasana seperti ini lazimnya hanya dalam bidang kesenian, seperti seni suara, seni tari dan lain-lain..
India yang mempunyai seni yang kuat sebagai wujud dari salah satu varian kebudayaannya memanifestasikannya dalam bentuk film. Film-film India sejak lama telah digemari banyak bangsa. Termasuk bangsa Indonesia. Kenyataan sejak era Orde Baru film-film India berdentang dengan sangat kencang dinegeri ini.  Berkeliaran  bak cendawan dimusim hujan
Film-film India yang sangat jelas karakter dan ciri khasnya itu menempati urutan pertama paling laris di Indonesia. Sebaliknya tak satupun film Indonesia yang muncul di India.(karena tak berkarakter?). Demikianlah India yang dikenal di Indonesia hanya sebatas film, bukan yang lain

Kemajuan India
Maraknya film-film India di Indonesia adalah salah satu wujud dari existensi negara tersebut. Film sebagai produk kesenian adalah manifestasi dari kebudayaan . Bagaimana kebudayaan India berlangsung  terlihat dalam film-film tersebut Kepribadiannya (meminjam Soekarno),  termanifestasi dalam  kebudayaannya
Memiliki  kepribadian dalam kebudayaan, sudah tentu setelah didukung oleh unsur-unsur lain, seperti tercapainya berdikari dalam bidang ekonomi dan kedaulatan dalam bidang politik. Tiga predikat sebagai sejati dari suatu negara merdeka. Salah satu dari ketiga idiom itu rusak, kemerdekaan terancam India konsisten dengan ketiga predikat tersebut sebagaimana diajarkan Gandhi dan dipraktekkan oleh Nehru
India yang merdeka dari tangan Inggris dan. membentuk konstitusi sebagai hukum dasar dan ideologinya, konsisten dengan apa yang ditulis dalam konstitusi tersebut. Kebijakan pembangunan yang mereka laksanakan konsisten diatas dan dijalur konstitusi yang memang cenderung sosialistik. India yang sosialistik tegar dalam jalurnya. Tidak melompat-lompat atau mengganti haluan dalam perjalanan sejarahnya
Pembangunan karakter, wawasan kebangsaan dan operasional kenegaraan lainnya diaplikasikan sebagaimana yang diajarkan pemimpin besarnya, Gandhi. Ajaran-ajaran yang sangat humanistic-sosialistik itu dipadu dengan penyesuaian-penyesuaian perkembangan jaman. Meski perlahan  tapi pasti.
 Pembangunan ekonomi yang menempatkan negara sebagai actor utama dalam awal-awal tahun pembangunannya berhasil menancapkan fundasi ekonomi yang kuat sebagaimana dalil mereka yang terkenal “swadesi”. Mengutamakan ciptaan, buatan atau milik sendiri
Teknologi yang mereka impor, mereka kaji sedemikian rupa hingga mereka dapat menciptakan teknologi yang sejenis. Dengan riset dan pengembangan yang terus menerus , India dapat menciptakan teknologinya sendiri yang jauh lebih inovatif dari teknologi yang diimpor sebelumnya.
Tentang kemajuan teknologi ini ada pemeo tersendiri. Pemeo ini adalah ketika India ingin membangun mobil ….mereka mengundang Willis dari Inggris, lalu mereka ciptakan Tata. Setelah itu Willis mereka usir. Begitu pula keinginan untuk membuat motor ,mereka undang Piaggio dari Italia. Setelah mereka dapat menciptakan Bajay, mereka usir Piaggio
Sebaliknya dengan Indonesia. Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Honda dan laian-lainnya diundang kesini, namun karena tidak dipejari atai diadopsi teknologinya lama kelamaan menjadi tuan disini. Alih teknologi yang didengung-dengungkan hanya sebatas wacana dan pembahasan-pembahasan dalam kajian akademis. Kenyatannya nama-nama asing tersebut menjadi raja disini.
Kemajuan teknologi India sudah menjadi buah bibir dunia. Teknologi sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan mendapat tempat terhormat dalam pembangunan India. Mereka menciptakan inovasi yang tiada henti dalam kemajuan bangsanya. Tidak hanya dalam bidang ilmu-ilmu eksak, melainkan juga ilmu ilmu social atau humaniora India sangat maju
Puncak dari kemajuan teknologi India adalah  “Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). India menjadi negara paling unggul dalam hal TIK mengungguli negara-negara lain. Termasuk dalam upaya menciptakan energi terbarukan, seperti energi biru, India telah melakukan inovasi, yakni  pemanfaatan energi dari pasang surut air laut di Gujarat.

Makna : Indonesia Bisa
Kemajuan teknologi India adalah wujud keberhasilan negara itu dalam banyak hal, khususnya dalam  bidang ekonomi. Kemajuan ini melesat, terutama sejak Mammohan Singh (sekarang Perdana Menteri) menjadi Menteri keuangan tahun 1991. Ia melakukan reformasi ekonomi yang radikal yakni dergulasi sector keuangan dan liberalisasi perdagangan yang proteksionistis serta kebijakan investasi asing langsung yang amat restriktif  .Kebijakan ini mendongkrak pertumbuhan ekonomi India dua kali lipat, yakni  6,0  persen dari sebelumnya yang hanya 3 persen. Tahun 2002 hingga tahun 2008 mencapai 9,0 persen
Kemajuan yang pesat demikian membuat perekonomian India disejajarkan dengan  China pada tahun 2002. Dua raksasa Asia yang sedang bangkit dan saat ini bernaung dalam satu blok kekuatan ekonomi yang popular dengan sebutan BRIC (Brazil, Rusia, India dan China).
Pada pembukaan National Summit 2009, SBY berpidato dan menegaskan “Indonesia Bisa”. Jika China bisa, India bisa, Indonesiapun harus bisa. Beliau sudah mengunjungi India dan disambut dengan hangat. Lalu? Wujudkan pidato tersebut

                                                            Penulis

                                                            (Reinhard Hutapea)
                                                             Staf Ahli DPR RI bid Ekonomi 1999-2004
                                                              Staf pengajar FISIP UNTAG


Tidak ada komentar:

Posting Komentar