NASIONALISME BAGI GENERASI MILENIAL
Disampaikan dalam PPAB GMNI Kom FAKULTAS PERTANIAN USU, 24 FEB 2019, Sibolangit
PENDAHULUAN
Dalam pembicaraan kita pagi ini, akan
kita mulai dari survey yang dilakukan Kompas pada tanggal 28 Oktober 2016.
Survey ini sedikit banyak menggambarkan nasionalisme millennial saat ini.
·
Dari
sejumlah perilaku di bawah ini, manakah yang paling menggambarkan perilaku kaum
muda di Indonesia sejak mengenal media sosial
(a) semakin kreatif, 34,8%, (b) cepat belajar dan adaptif terhadap
perubahan, 26,4%, (c) egois, 18%, (d) tidak focus dalam mengerjakan sesuatu,
14,2 %, (e) tidak tahu 0,8%
·
Menurut
anda, saat ini kaum muda telah memanfaatkan media sosial lebih banyak untuk
memajukan masyarakat atau sebatas memajukan diri sendiri? (a) memajukan diri
sendiri, 69,3%, (b) memajukan masyarakat, 29,6%, (c) tidak tahu/tidak jelas,
1,1%
Sebagai perbandingan, mungkin ada
baiknya kita hubungkan dengan perkembangan millenial di Amerika Serikat,
sebagaimana hasil survey Harvard dibawah ini
Definisi/Arti
Nasionalisme
1.
Otto
Bauer; Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul
karena perasaan senasib.
2.
Ernest
Renan, adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
3.
Hans
Kohn, adalah formalisasi dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa
dan bernegara sendiri
4.
Bung
Karno[1].
Nasionalisme → Cinta Tanah Air
John F Kennedy…..jangan
tanya apa yang bisa diberikan negara padamu, tapi tanyalah apa yang bisa kau
berikan pada negara
Tantangan Indonesia
saat ini[2]
Menurut Jokowi (Akademi Bela Negara,16
Juli 2018) tantangan Indonesia saat ini adalah;
·
Radikalisme
·
Intoleransi
·
Terorisme
·
Kemiskinan
·
Kesenjangan
·
Korupsi
·
Perang
dagang USA-China
·
Revolusi
industri 4.0
Menurut Prabowo Subianto (SIB, 23 Feb
2019) ;
·
Pertambahan
penduduk
·
Air (dunia kekurangan air)
·
Perubahan
iklim (air laut naik 5M)
Sifat Generasi
Millenial
Untuk memahami apa yang dimaksud
dengan generasi millennial akan saya kutip pendapat Sarlito Wirawan Sarwono, dalam
Kompas 21 Maret 2016
:…..Maka watak generasi X dan Y tak sabaran[3].
Mereka bukan hanya mendambakan perubahan, tetapi betul betul ditabrak oleh
perubahan yang sangat cepat sehingga
kalau tidak ikut berubah mereka akan digilas oleh perubahan itu sendiri[4].
Generasi X dan Y sangat lentur, cepat menyesuaikan diri, anti kemapanan, siapa
yang mau maju cepat akan berlari kencang, tidak peduli pada senioritas, kurang
peduli pada sistem, prosedur, dan birokrasi, berganti-ganti pekerjaan tidak
masalah selama pendapatannya meningkat terus. Mereka tak lagi percaya pada satu
sumber informasi karena bisa mengakses informasi dari 1001 sumber hanya dengan
memencet tombol tombol telefon seluler dengan jari jempol. Jaringan mereka
terbangun melalui dunia maya, yang lebih impersonal dan jauh dari
primordialisme dan feodalisme
Ketidaksiapan Sistem
dan Elit .
Airlangga Pribadi Kusman (Kompas, 15 Oktober 2018): …. Indonesia
seperti apakah yang telah dan akan diwariskan kepada kaum millennial pemilik
sah masa depan Indonesia dari kalangan elite yang selama ini menguasai panggung
politik?
Sampai saat ini masing-masing kubu belum menjawab sebuah
pertanyaan mendasar yang dapat merebut hati dan pikiran mereka.
Simon Sinek dalam Start with Why How Great Leaders Inspire Everyone to Take Action (2009)
menjelaskan bahwa kunci perubahan sosial ada pada kemampuan menjawab pertanyaan
mendasar, yaitu mengapa sebuah tindakan harus dilakukan.
Ilustrasinya keberhasilan Marthin
Luther King Jr menghimpun 200.000 warga AS di Lincoln Memorial, menyuarakan kesetaraan sosial dan hak-hak dasar
warga…..I have a dream
Ketidak tertarikan generasi millennial dalam politik bukan
pada diri mereka, melainkan pada situasi politik kita yang belum mampu membuat
generasi millennial masuk kedalamnya.
Tantangan Millenial .
Pramudito (Kompas, 8 oktober 2018)
Generasi millenial hidup di era pasca ideologi[5].
Ideologi yang mereka kenal hanya Pancasila[6]…terlalu
umum, belum spesifik
Apa yang jadi keprihatinan kaum milenial ? Pada 2017 CSIS melakukan
survey nasional untuk memetakan sejumlah realitas kesulitan yang dihadapi
milenial saat ini. Disebutkan, salah satu hal yang menjadi perhatian kaum
milenial adalah keterbatasan lapangan kerja. Realitas kesulitan lain
berupa tingginya harga kebutuhan pokok. Dan kesulitan lain lagi yang
dirasakan adalah masih tingginya angka kemiskinan yang sebagian juga melanda
kelompok millenial
Perlunya keteladanan
Bukan persoalan Usia.
Supaya tidak terjadi
dikotomi uraian Djoko Santoso (Kompas, 13 Oktober 2018) ini menarik dipahami.
Bukan an sich usia, tapi kemampuan. Biar tua, jika pemikiran dan perilakunya
dapat menjawab masalah, tetap dikategorikan sebagai millennial.
·
Bukan
usia kronologis semata (muda-tua), tapi terutama adalah usia fisiologis
(atribut/karakter)
·
John
F Kennedy 43 tahun, Theodore
Roosevelt 42 tahun, Barack Obama 47 tahun, Justin Trudeau 4 tahun, Alexis Tsipras 41 tahun, Emmanuel Macron 40 tahun
·
Ronald
Reagan 69 tahun, Donald Trump 71 tahun,
Mahathir Mohammad 93 tahun
·
Faktor
penguasaan issu-issu rill, seperti tawaran penyelesaian masalah (problem
solving) di bidang ekonomi, pajak, kesejahteraan, keamanan, hubungan
internasional serta tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs
URAIAN/ANALISIS
Akan diuraikan konsep-konsep di atas
secara lisan, sebab belum sempat ditulis karena keterbatasan waktu. Akan
dielaborasi lebih lanjut apa, mengapa, dan kenapa tampil mazhab nasionalisme,
sejarah perkembangannya, pandangan Bung Karno terhadapnya. Secara khusus akan
diuraikan apa tantangan yang dihadapi generasi millennial saat ini (Tulisan
Sarlito WS, Airlangga K Pribadi, Djoko Santoso, Pramudito). Tak ketinggaan
tentunya situasi menjelang Pemilu 2019.
KONGKLUSI
·
Nasionalisme
adalah paham cinta tanah air
·
Nasionalisme
itu telah diwujudkan dalam Pancasila (ideology) dan UUD 1945 (konstitusi)
·
Dalam
setting socio-historis, nasionalisme itu dilahirkan generasi yang sama usianya
dengan generasi millennial saat ini
·
Jurang
atau perang antar generasi sedang fenomenal saat ini
·
Tantangan
Nasionalisme secara substantif belum berubah
·
Sistim
dan elit yang menakhodai pemerintahan masih jauh dari harapan
·
Perlu
perubahan mendasar, keteladanan, dan……disinilah relevansinya Nasionalisme itu.
Merdeka !
REKOMENDASI
Sebagai rekomendasi/penutup diskursus
ini mari sama-sama kita camkan bahwa kader-kader GMNI sebagai garda
nasionalist, yang bermotto “pejuang pemikir-pemikir pejuang”, dan berideologi
Marhaenisme, supaya memanfaatkan ilmunya
untuk kepentingan bangsa dan negara secara aktif sebagaimana pesan Bung
Karno:….Jangan bikin kepalamu menjadi perpustakaan. Pergunakan pengetahuanmu
untuk diamalkan. Merdeka
[1]
Akan diuraikan secara lisan, karena cukup panjang. Bahan Dibawah Bendera
Revolusi, khususnya artikel pertama “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”
[2]
Hubungkan dengan tantangan millennial yang ditulis Pramudito dibawah
[3]
Serba mau cepat, meski (sering) tidak ada yang dikejar. Ilustrasinya terutama
adalah perilaku berkendara/naik motor, selalu ngebut.
[4]
Perubahan yang bagaimana? Terutama adalah perubahan dalam teknologi informasi/komunikasi
(TIK) perubahan yang melahirkan kemajuan sekaligus dengan ekses-eksesnya.
Begitu pula dengan revolusi 4.0 dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Secara sosiologis munculnya ruang public baru/Jurgen Habermas
[5]
The end of ideology (Daniel Bell), the end of history (Francis Fukuyama), the
end of nation state (Kenichi Ohmae)
[6]
UKP PIP/BPIP. Apa yang sudah diperbuat?
Oiya ngomongin milenial, ternyata ada loh beberapa masalah keuangan yang kerap menghantui generasi tersebut. Apa aja itu? Cek selengkapnya di sini ya: Hati-hati, masalah keuangan ini hantui generasi milenial
BalasHapus