MATERI
PENULISAN ARTIKEL-OPINI
Oleh
Reinhard Hutapea
Disampaikan pada workshop giat menulis di era digital Fisipol UDA,
2 Mei 2019
Pendahuluan
Pramoedya
Ananta Toer
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak
menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja
untuk keabadian……
Prof
Derek Bok
Harvard
University
Disarikan Budiono (Kompas 27 agust 2012)
Delapan kompetensi S1
A. Kemampuan
berkomunikasi. Semua mahasiswa S1 perlu punya kemampuan ini secara efektif
dengan berbagai pihak. Mereka harus mampu “menulis”
dengan “presisi” dan “menarik”, juga mengungkap secara lisan
idenya dengan “jelas” dan persuasif.
B. Kemampuan
berpikir jernih dan kritis. Kemampuan ini mencakup kemampuan mengajukan
pertanyaan yang relevan, mengenali dan mendefinisikan masalah, menyadari, dan
mempertimbangkan argumentasi dari berbagai sisi dari suatu permasalahan, serta
mencari dan menggunakan secara efektif data dan informasi yang relevan.
Akhirnya mengambil sikap dan kesimpulan setelah mempertimbangkan semuanya
dengan cermat
C. Kemampuan
mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan. Hampir tiap issu publik punya
sisi moral. Mahasiswa perlu dilatih menganalisis dengan jernih dan mengambil
sikap mengenai aspek baik buruk, benar salah dari segi moral dalam menghadapi
permasalahan
D. Kemampuan
untuk menjadi warga negara yang efektif. Mahasiswa harus disiapkan menjadi
peserta aktif dalam proses demokrasi
dan mampu mengambil sikap yang rasional
mengenai berbagai masalah politik dan isu-isu publik
E. Kemampuan
untuk mencoba mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda
F. Kemampuan
hidup dalam masyarakat yang mengglobal. Mahasiswa diharapkan punya pengetahuan
dasar masalah-masalah internasional dan apresiasi mengenai kultur yang berbeda
G. Memiliki
minat luas mengenai hidup. Mahasiswa harus dibangkitkan minat intelektualnya,
seperti mengenai sejarah, filsafat, dan minat bidang-bidang lain, seperti musik,
seni, dan olahraga
H. Memiliki
kesiapan untuk bekerja.
Tips
untuk calon Pemimpin
Omar Said Tjokroaminoto
·
Berbicaralah seperti orator
·
Menulislah seperti Wartawan
Bung
Karno[2]
Proklamator/Presiden pertama RI
Dibawah Bendera Revolusi
v Orator
v Penulis
Kasus
Persma Suara USU
Medan kota anti intelektual?
Dibreidel gara-gara cerpen yang ditulis Yael Stefany Sinaga,
“Ketika Semua Menolak Kehadiranku di Dekatnya”
…dinilai melanggar kebebasan berekspresi. Perguruan tinggi
yang semestinya menjadi ruang diskursus gagasan dan ide justru melakukan
pembungkaman dan kesewenang-wenangan (Kompas, 28 Maret 2010)
Arti,
Metode, dan Seni Menulis
Arti/definisi
artikel atau yang sering
disebut tulisan ilmiah popular adalah opini atau pendapat atau gagasan
pribadi seseorang yang sifatnya ilmiah
dan disajikan secara popular di media massa, yang meliputi berbagai aspek
kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam. Dalam penyajiannya
tulisan ini mengacu pada metode penulisan yang gampang dimengerti, lugas, dan
kritis.
Soe
Hok Gie
17 des 1942-16 des 1969
Aktifis UI yang mati muda
Aktifis, demonstran, penulis yang berani melawan
kediktatoran pemerintah Orde Lama dan Orde Baru
Dikenal di kalangan aktivis karena tulisan-tulisannya yang
sangat fenomenal pada waktu itu
Sewaktu mahasiswa sudah menjadi penulis yang handal
Tidak mau masuk organisasi politik, melainkan pencinta
alam/Mapala UI. Dalam diarynya ia menulis:…..bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur
yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi,
maka terjunlah
Sebelum naik ke Semeru ia berkata: …..kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet
tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin
merasakan kehidupan kasar dan keras…di usap oleh angin dingin seperti pisau,
atau berjalan-jalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil…..orang-orang
seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur
Catatan Gie yang lain: …seorang
filsuf Yunani pernah menulis…nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua
dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya
memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda…..dan ternyata dialami Gie
sendiri
Buku, Pesta, dan Cinta
Budiarto
Shambazy 22 nov 2014
Wartawan senior Kompas
Setiap orang bisa menjadi penulis opini
Untuk menjadi penulis yang baik, harus mempunyai kemampuan
menulis dan berbahasa secara baik. Waktu menulis ingat “5 W 1 H”[3]. pelajari struktur
opini penulis terkenal yang anda sukai. Metode atau caranya adalah menulis
ulang struktur opini tersebut, sedapat mungkin dengan tulisan tangan, bukan
menggunakan computer….membantu mempercepat pemahaman atas keahlian menulis
opini[4]
Harus objektif
Siapkan minimal satu solusi
Menulis langsung ke inti masalah
Cukup 500 kata/terlalu panjang tidak dibaca pembaca
….menulis itu seni,
art, bukan ilmu pasti. Menulis tidak butuh gelar. Siapa saja bisa menulis.
Memang ada teori yang menyatakan bahwa menulis itu bakat, nomor dua adalah
latihan. Tetapi pada praktiknya bakat itu nomor dua. Kita akan menjadi penulis
berbakat dengan latihan. Bakat itu nomor dua. Selalu kunci suksesnya adalah
latihan…latihan….latihan….tulis….tulis…..tulis…..tulis. gak ada urusan sama
bakat (Workshop menulis BPS, 19 November 2017)
Dr
Sunarti
Staf pengajar FKM UGM
Membaca untuk menulis
Menulis adalah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bahasa
tulis untuk tujuan memberi informasi, meyakinkan, atau menghibur yang menghasilkan
karangan atau tulisan.
Tulisan popular adalah rubrik Iptek , yang memuat
tulisan-tulisan yang memaparkan aspek khusus iptek dengan menggunakan bahasa
umum.
Karakter tulisan popular singkat, sederhana, menarik.
Teknik-Metode; judul menarik….bombastis, kalimat pembuka
(pendahuluan) menarik/kreatif, menggunakan kalimat tidak terlalu Panjang (5
baris, 20 kata), menghindari istilah-istilah teknis, menggunakan Bahasa
kolokial (unsur cerita, anekdot, dan humor……human interest, menggunakan analogi
dan ilustrasi untuk menjelaskan proses yang kompleks
LR
Baskoro
Redaktur Utama Tempo
·
Menyebarluaskan gagasan, mentransfer gagasan ke
ruang publik, mempengaruhi publik-gagasannya diterima atau diperdebatkan,
memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain
·
Mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang
munculnya ide-ide baru, menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap
untuk diperdebatkan
Untuk menulis opini dibutuhkan
Ø Pengetahuan
akan bidang/masalah tertentu
Ø Ide
dan gagasan
Ø Argumentasi
gagasan
Ø Teknik
penulisan opini
Ø Pengetahuan
Bahasa
Ø Pengetahuan
tentang media massa
……tidak ada penulis opini yang langsung terkenal. Semua
dari bawah. Salah satu cara belajar yang baik: membaca opini-opini dari penulis
terkenal. Pelajari kalimat dan bagaimana sang penulis mengungkapkan buah
pikirannya. (lihat Budiarto Shambazy di atas dan lampiran dibawah)
Rosihan
Anwar
Wartawan senior/kawakan
Bukunya “Bahasa Jurnalistik”
Menggunakan kalimat-kalimat pendek
Menggunakan Bahasa yang mudah dipahami
Menggunakan Bahasa sederhana dan jelas
pengutaraannya
Menggunakan Bahasa tanpa kalimat majemuk
Menggunakan Bahasa dengan kalimat aktif, bukan
pasif
Menggunakan Bahasa kuat dan padat
Menggunakan Bahasa positif, bukan negatif.
Penutup
Demikianlah pembicaraan,
pembahasan, atau diskursus konsep, teori, dan seni penulisan ini, yang masih
dapat kita uraikan sekian panjang/banyak lagi. Namun karena keterbatasan waktu
kita akhiri disini dengan pesan sebagaimana ditulis Praemodya Ananta Toer
menulis adalah bekerja untuk keabadian. Oleh karena itu menulislah, sekarang
juga.
Medan, 25 April 2019
Lamp:
Beberapa penulis opini di Kompas
1. Azyumardi
Azra
2. Komaruddin
Hidayat
3. Mahfud
MD
4. Indra J
Piliang
5. Mohtar
Pabottinggi
6. Ikra
Nusa Bakti
7. Sukardi
Rinakit
8. J.
Kristiadi
9. Daniel
Dhakidae
10. Eef
Saefulloh Fatah
11. Saur
Hutabarat
12. Syamsudin
Haris
13. Ramlan
Surbakti
14. Airlangga
K Pribadi
15. Budiman
Tanurejo
16. Cornelis
Lay
17. Riswanda
Imawan (Alm)
18. Djayadi
Hanan
19. Burhanuddin
Muhtadi
20. Yunarto
Wijaya
21. Gun Gun
Heryanto
22. M.
Qadari
23. Alfan
Alfian
24. Sofian
Effendi
25. Agus
Dwiyanto (Alm)
26. Eko
Prasojo
27. R
William Liddle
28. Trias
Kuncahyono
29. Sabam
Siagian (Alm)
30. Makmur
Keliat
31. Julian
Aldrin Pasha
32. Rizal
Sukma
33. Belinda
Pakpahan
34. Maria
Sumardjono
35. Denny
Indrayana
36. Refli
Harun
37. Moh
Mahfud MD
38. Saldi
Isra
39. Muladi
40. Satjipto
Rahardjo (Alm)
41. Thamrin
Amal Tomagola
42. Ari
Sujito
43. Gumilar
Rusliwa Soemantri
44. Meuthia
Gani Rohman
45. Imam
Prasojo
46. Yenny
Zannuba Wahid
47. Ignas
Kleden
48. Rizal
Mallarangeng
49. Sarlito
Wirawan Sarwono (Alm)
50. Philips
J Vermonte
51. Hikmahanto
Yuwana
52. Darmansjah
Jumala
53. Zuhairi
Misrawi
54. Smith
Al Hadar
55. Ivan A
Hadar (Alm)
56. Lie Tek
Tjeng (Alm)
57. Lucky
Djani
58. Erick
Hiarej
59. Zainal
Arifin Mohtar
60. Daud
Yusuf (Alm)
61. Emil
Salim
62. Otto
Soemarwotho (Alm)
63. Indra
Tranggono
64. YB
Mangunwijaya (Alm)
65. Gunawan
Muhammad
66. Arif
Budiman
67. Jakob
Sumardjo
68. Syafii
Maarif
69. Herlianto
70. Max
Brouwer (Alm)
71. Abdurahman
Wahid (Alm)
72. Moh
Sobary
73. Emha
Ainun Najib
74. Radhar
Panca Dahana
75. Yasraf
Amir Piliang
76. Kunto
Widjojo (Alm)
77. Asep
Iwan Saidi
78. Sindhunata
79. Umar
Kayam (Alm)
80. Musa Assy’arii
81. Teuku
Kemal Fasya
82. Saifur
Rohman
83. A Helmy
Faishal Zaini
84. Abdul
Munir Mulkan
85. Asep
Salahudin
86. Lukito
Sinaga
87. Jansen
Sinamo
88. Mahbub
Djunaidi (Alm)
89. Ashadi
Siregar
90. Agus
Sudibyo
91. Yudi
Latif
92. Terry
Mart
93. MT Zen
94. Ninok
Leksono
95. Liek
Wilardjo
96. Ninok
Leksono
97. Anita
Lie
98. Saparinah
Sadli
99. Yonky
Karman
100. Leila S
Chudory
101. Bagong
Suyanto
102. Hamdi
Muluk
103. Bondan Winarno
104. Sri Edi
Swasono
105. Anggito
Abimanyu
106. Didik J
Rahbini
107. Kwik
Kian Gie
108. Mubyarto
(Alm)
109. Dradjad
H Wibowo
110. Nurimansyah
Hasibuan (Alm)
111. Sudradjad
Djiwandono
112. Mari
Elka Pangestu
113. M. Chatib
Basri
114. Enny
Sri Hartati
115. Gunawan
Sumodiningrat
116. A.
Prasetiantono (Alm)
117. Suharsono
Sagir (Alm)
118. Rhenald
Kasali
119. A.
Prasetyantoko
120. Ahmad
Erani Yustika
121. Firmanzah
122. Ari
Kuncoro
123. Dani
Rodrick
124. Thee
Kian Wie (Alm)
125. Syamsu
Saj’ad
126. Bayu
Krisnamurthi
127. Bustanul
Arifin
128. Dwi
Andreas Santosa
129. Arif
Satria
130. khudori
131. Safuan
Gofur
132. Ivanovich
Agusta
133. Soetoro
Eko
134. Budiman
Sudjatmiko
Referensi
Anand, Bagus K, 2015, Mengenal Lebih Dekat Soe Hok Gie,
Kompasiana, Jakarta
Anwar Rosihan, 1984, Bahasa Jurnalistik, Jakarta
Budiono, 2012, Ilmu Kunci Pembangunan, Kompas, Jakarta
LR Baskoro, 2011, Jurnalisme: Cara Menulis Opini, Unsud,
Purwokerto
Shambazy, Budiarto, 2017, Workshop Menulis, BPS, Jakarta
Soekarno, 1965. Di Bawah Bendera revolusi
Kompas, 28 maret 2019, Pemberhentian Pengurus Persma USU
dinilai langgar kebebasan berekspresi
[1]
Bagi saya titah Bacon ini yang menjadi kekuatan. Bukan politik atau ekonomi
sebagaimana yang in saat ini. Saya enjoy dengan ocehannya So Hok Gie…politik
taik kucing. Ingat adagium Napoleon
Bonaparte….saya lebih takut pada satu pena daripada satu batalion tentara.
[2]
Juga sejawat-sejawatnya, seperti M. Hatta, Tan Malaka, Ki Hajar Dewantara, SK
Trimurti, Ruslan Abdulgani. Pada umumnya tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan
sangat fasih menulis.
[3]
Rumus yang diciptakan novelis Rudyard
Kipling. What (apa) berkaitan
dengan peristiwa yang terjadi, Where
(di mana) berkaitan dengan tempat dimana peristiwa terjadi, When (kapan), berkaitan dengan waktu
peristiwa terjadi, Who (siapa),
berkaitan dengan pelaku peristiwa, Why
(mengapa), berkaitan dengan latar belakang terjadinya peristiwa, How (bagaimana), berkaitan dengan proses
terjadinya peristiwa
[4] Ini
yang saya praktekkan sejak lama. Termasuk hari, saat ini. Bukan suatu yang
khusus, Sosiolog Gabriel Tarde telah
menulis bahwa salah satu sifat manusia adalah meniru….imitasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar