BK VII,
KOMUNIKASI INTERNASIONAL
KULIAH VII,
jam 10.30 sd 12.30
JURUSAN
KOMUNIKASI, FISIPOL UDA
PENGASUH; REINHARD
HUTAPEA
∏
DIPLOMASI INTERNASIONAL
Salah satu formasi kerja bagi mereka
yang mengambil jurusan komunikasi adalah diplomat. Bahkan mungkin adalah bidang
kerja yang paling terhormat, sebab ia tidak saja memperjuangkan dirinya, namun,
yang terutama adalah, ia memperjuangkan kepentingan bangsanya ke luar negeri,
ke dunia internasional. Memperjuangkan sekian banyak kebutuhan/kepentingan rakyat,
agar kehidupan negara/bangsanya semakin baik, sebagaimana tujuan negara Indonesia
yang tertulis dalam alinea ke empat Pembukaan UUD 1945.
………Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…..dan
seterusnya-dan seterusnya.
Suatu pekerjaan yang mulia dan
terhormat. Mudah-mudahan mahasiswa yang mengikuti kuliah ini ada yang berhasil
jadi diplomat di Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan. Tidak lagi
menjadi dominasi alumni-alumni “UGM, UI, dan Unpad”. Tulisan ini selanjutnya akan
mendeskripsikan;
·
Apa
yang dimaksud dengan diplomasi?
·
Faktor-faktor
apa yang mempengaruhinya?
·
Apa
tujuan dan instrumennya
·
Apa
ruang lingkupnya.
·
Pentingnya
diplomasi.
Akan diuraikan dibawah
ini berdasarkan tulisan SL Roy dalam bukunya “Diplomasi”
⌂
KATA DIPLOMASI
Kata “diplomasi” diyakini berasal
dari kata “Yunani” diploun, yang
berarti “melipat”. Menurut Nicholson, pada masa kekaisaran Romawi semua paspor,
yang melewati jalan milik negara dan surat-surat jalan dicetak pada piringan
logam dobel, dilipat dan dijahit jadi satu dalam cara yang khas. Surat jalan
logam ini disebut “diplomas”. Selanjutnya kata ini berkembang dan mencakup pula
dokumen-dokumen resmi yang bukan logam, khususnya yang memberikanhak istimewa
tertentu atau menyangkut perjanjian dengan suku bangsa asing di luar bangsa
Romawi. Karena perjanjian-perjanjian ini semakin bertumpuk, arsip kekaisaran
menjadi beban dengan dokumen-dokumen kecil yang tak terhitung jumlahnya yang di
lipat dan diberikan dalam cara khusus. Oleh karena itu dirasa perlu untuk
mempekerjakan seseorang yang terlatih untuk mengindeks, menguraikan, dan
memeliharanya. Isi surat resmi negara yang dikumpulkan, disimpan di arsip, yang
berhubungan dengan hubungan internasional, dikenal pada zaman Pertengahan
sebagai diplomaticus atau diplomatique. Siapapun yang berhubungan
dengan surat-surat tersebut dikatakan sebagai res diplomatique atau bisnis diplomatic.
Dari peristiwa demikian lama kelamaan
kata “diplomasi” menjadi selalu dihubungkan dengan manajemen hubungan
internasional, dan siapapun yang ikut mengaturnya dianggap sebagai diplomat.
Penggunaan kata-kata yang sesungguhnya belum lama, melainkan baru-baru ini
saja. Menurut Earnest Satow, Burke,
memakai kata diplomasi adalah untuk menunjukkan keahlian atau keberhasilan
dalam melakukan hubungan internasional dan perundingan di tahun 1796.
Kemungkinan besar itu adalah penggunaan pertama kali dalam Bahasa Inggris dalam
arti yang kita ketahui sekarang ini. Ia juga mengatakan “lembaga diplomatik”
pada tahun yang sama (1796). Contoh paling awal dari penggunaan kata “jasa
diplomatic”, yang menunjukkan cabang pelayanan negara yang menyediakan
personil-personil misi tetap di luar negeri dijumpai dalam Annual Registrar tahun 1787.
DEFINISI DIPLOMASI
Para pakar memberi definisi yang
berbeda-beda terhadap kata diplomasi. Beberapa diantaranya adalah;
The Oxford English Dictionary memberi konotasi sebagai berikut:…manajemen hubungan
internasional melalui negosiasi, yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur
oleh duta besar dan para wakil; bisnis atau seni para diplomat. Menurut, the Chambers Twentieth Century Dictionary,
diplomasi adalah : “the art of
negotiation, especially oftreaties between states; political skill” (seni
berunding, khususnya tentang perjanjian diantara negara-negara; keahlian
politik). Di sini, yang pertama menekankan kegiatannya, sedangkan yang kedua
meletakkan penekanan pada seni berundingnya.
Sir Earnest Satow dalam bukunya Guide to Diplomatic
Practice memberikan karakterisasi diplomasi yang bagus meskipun tidak jelas
dan kurang akurat. Ia mengatakan diplomasi adalah “the application of
intelligence and tact to conduct of official relations between the government
of independent states”
(penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi antara
pemerintah negara-negara berdaulat). Tetapi, kemudian timbul sebuah pertanyaan,
“apabila kepandaian dan taktik, kurang dalam hubungan antara negara-negara,
apakah diplomasi tidak mungkin terjadi?
Harold Nicholson, salah seorang pakar dan praktisi dalam diplomasi menegaskan bahwa dalam
Bahasa yang lebih mutakhir, kata diplomasi diambil secara gegabah untuk
menunjukkan paling tidak lima hal. Empat hal menyangkut;
1. Politik luar negeri
2. Negosiasi
3. Mekanisme pelaksanaan negosiasi
tersebut
4. Suatu cabang Dinas Luar Negeri,
Sedangkan yang ke lima Nicholson
menyatakan suatu kualitas abstrak pemberian, yang dalam arti baik, mencakup
keahlian dalam pelaksanaan negosiasi internasional, dan dalam arti buruk
mencakup tindakan atau taktik yang licik. Nicholson akhirnya menerima definisi
yang dibuat Oxford English Dictionary,
yang dianggapnya lebih luas.
KM Panikkar
dalam bukunya The Principle and Practise
of Diplomacy menyatakan:….diplomasi, dalam hubungannya dengan politik
internasional, adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam
hubungannya dengan negara lain. Definisi ini apaila ditinjau dari konteks
hubungan internasional tampaknya lebih mengena bila dibandingkan dengan
definisi lain. Svarlien telah
mendefinisikan diplomasi sebagai seni dan ilmu perwakilan negara dan
peundingan. Kata yang sama juga telah dipakai untuk meyatakan secara umum
keseluruhan kompleks hubungan luar negeri suatu negara, yaitu departemen luar
negeri, termasuk perwakilan luar negerinya. Ivo
D. Duchacek berpendapat:….diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek
pelaksanaan politik luar negeri suatu
negara dengan cara negosiasi dengan negara lain. Tetapi diplomasi kadang-kadang
juga dihubungkan dengan perang. Oleh karena itulah Clausewitz, seorang filsuf Jerman,
dalam pernyataannya yang terkenal mengatakan “bahwa perang adalah kelanjutan
diplomasi dengan cara lain”.
Dalam mengkaji definisi-definisi
demikian beberapa hal tampak jelas;
·
Pertama,
jelas bahwa unsur pokok diplomasi adalah negosiasi.
·
Kedua,
negosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan negara.
·
Ketiga,
tindakan-tindakan diplomatik diambil untuk menjaga dan memajukan kepentingan
nasional sejauh mungkin bisa dilaksanakan dengan cara damai.
Oleh karena itu pemeliharaan
perdamaian tanpa merusak kepentingan nasional adalah tujuan utama diplomasi.
Tetapi bila cara damai gagal untuk menjaga kepentingan nasional, kekuatan fisik
boleh dilakukan. Merupakan kenyataan umum bahwa terdapat keterkaitan era antara
diplomasi dan perang. Jadi point ke empat dapat dinyatakan;
·
Ke
empat, sebagai suatu teknik-teknik diplomasi yang sering dipakai untuk
menyiapkan perang dan bukan untuk menghasilkan perdamaian.
·
Ke
lima, diplomasi dihubungkan erat dengan tujuan politik luar negeri suatu
negara.
·
Ke
enam, diplomasi modern dihubugkan erat dengan system negara.
·
Ke
tujuh, diplomasi juga tak bias dipisahkan dari perwakilan negara.
TUJUAN DIPLOMASI VERSI KAUTILYA
Definisi diplomasi demikian
mengungkapkan beberapa hal yang penting sehubungan dengan tujuannya. Dalam hal
ini pendapat diplomat India kuno yang bernama Kautilya perlu diperhatikan. Dalam bukunya yang terkenal, Arthasastra, ia mengatakan bahwa
pencapaian naya atau kebijaksanaan
secara tepat akan memberikan hasil yang menguntungkan. Menurutnya, ini meliputi dijalankannya tatanan yang
benar-benar bermanfaat bagi raja, atau yang akan mengakibatkan kekalahan bagi
musuhnya. Kautilya menekankan empat tujuan utama diplomasi, yaitu;
·
Acquisition (perolehan)
·
Preservation (pemeliharaan)
·
Augmentation (penambahan), dan
·
Proper distribution (pembagian yang adil)
Disamping itu tujuan diplomasi Kautilya, juga meliputi pencapaian Siddhi atau kebahagiaan. Dan selama
tujuan tersebut hanya bisa diperoleh melalui pemilikan kekuatan (power), seorang raja harus selalu
berupaya untuk menambah kekuatannya sendiri dan mengangkat kebahagiaannya.
Dalam kasus seorang raja gagal untuk menambah kekuatan dan kesuksesannya, ia
harus paling tidak, berusaha mencoba mengingkari hal yang sama kepada musuhnya.
Ratusan tahun yang lalu Kautilya menyimpulkan
tujuan utama diplomasi sebagai “pengamanan kepentingan negara sendiri”. Dengan
kata lain tujuan dari diplomasi yang baik atau efektif adalah untuk menjamin keuntungan maksimum
negara sendiri.
Kepentingan terdepan tampaknya adalah pemeliharaan keamanan. Tetapi selain pertimbangan yang vital tentang keamanan
nasional, terdapat tujuan vital yang lain antara lain,
·
memajukan
ekonomi, perdagangan, dan kepentingan komersil,
·
perlindungan
warga negara sendiri di negara lain,
·
mengembangkan
budaya dan ideologi,
·
peningkatan
prestise nasional,
·
memperoleh
persahabatan dengan negara lain,
·
dan
sebagainya
Secara luas tujuan ini bisa dibagi menjadi empat, yakni,
1. politik,
2. ekonomi,
3. budaya, dan
4. ideologi
INSTRUMEN DIPLOMASI
Suatu negara bias mencapai tujuan-tujuan
diplomatiknya melalui berbagai macam cara. Menurut Kautilya, ini bias dilakukan
dengan satu atau kombinasi beberapa prinsip dari empat prinsip utama instrument
diplomasi, yaitu;
1. sama
(perdamaian atau negosiasi)
2. dana ( memberi
hadiah atau konsesi)
3. danda
(menciptakan perselisihan)
4. bedha (mengancam atau menggunakan kekuatan nyata)
Para penulis modern menyatakan bahwa
dalam rangka mencapai tujuan diplomatiknya, suatu negara menjalankan tiga model
tingkah laku, yakni;
A. co-operation
(kerja sama)
B. accomodation
(penyesuaian)
C. opposition
(penentangan)
kerjasama dan penyesuaian bisa dicapai melalui negosiasi yang
membuahkan hasil. Apabila negosiasi gagal mencapai tujuan melalui cara damai,
penentangan dalam berbagai bentuk termasuk penggunaan kekuatan diambil sebagai
ganti. Meski bedha – membuat
perselisihan atau memecah belah – tidak memperoleh cukup pengakuan sebagai
suatu instrument diplomasi yang penting dari para penulis Barat, tetapi
manfaatnya tidak bisa dipungkiri. Ini bisa dianggap sebagai sarana penting yang
dipakai oleh diplomasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
FUNGSI DAN RUANG LINGKUP
Diplomasi, yang sering digambarkan
sebagai “the politics of international relations” telah berkembang
terus-menerus seiring dengan sejarah sebagai suatu metode yang berhubungan
dengan dunia yang keras. Di dalam dunia yang terdiri dari sistim kenegaraan
yang kompetitif, negara-negara bersaing satu sama lain untuk bertahan hidup,
memajukan kepentingan nasional mereka, dan menguasai negara lain. Persaingan terus
berlangsung antara negara-negara dalam mengejar tujuannya. Bahkan tidak jarang
satu negara mengejar tujuan yang lebih dari satu. Salah satu fungsi diplomasi
adalah untuk mendamaikan beragamnya kepentingan ini atau paling tidak
membuatnya berkesesuaian.
Diakui secara luas bahwa salah satu
fungsi utama diplomasi adalah negosiasi. Diplomasi mempunyai ruang lingkup
menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan-kepentingan
negara-negara melalui negosiasi yang sukses. Apabila negosiasi gagal, para
diplomat menyalahkan lawannya di muka masyarakat internasional. Contoh klasik
dari hal ini bisa kita temui di Mahabharata.
Sebelum terjadinya perang besar di Kurusetra,
Kresna bertindak sebagai wakil khusus para Pandawa kepada para Kurawa
untuk berunding dan menyelesaikan masalah secara damai. Setiap orang tahu bahwa
Kurawa tak menginginkan pemecahan
damai atas masalah tersebut. Oleh karena itu, pada saat Kresna sedang akan memulai tugasnya, Drupadi, Ratu Pendawa, bertanya mengapa ia mau melakukan suatu misi
yang tak akan berhasil. Kresna
menjawab;…saya harus ke Kurawa untuk
menjelaskan masalah kita baik-baik dan mencoba membujuk mereka untuk menerima
permintaan kita; tetapi apabila usaha saya tidak berhasil dan perang tak dapat
dihindarkan, kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita benar dan mereka
melakukan ketidakadilan kepada kepada kita sehingga dunia tidak salah menilai
terhadap kita. Ini menyatakan dengan jelas maksud utama dan ruang lingkup
utama diplomasi.
Anggota-anggota yang berdaulat dari
masyarakat internasional, yang ingin mengejar sebuah politik luar negeri yang
cerdik, selalu membandingkan tujuan mereka sendiri dengan tujuan negara lain
dipandang dari sudut kecocokannya. Apabila mereka tidak sejalan, maka
ketidakcocokan itu akan dipertimbangkan apakah mendasar, danmenimbulkan
konsekwensi tertentu untuk seterusnya ditentukan akan dicapai atau tidak.
Apabila ternyata tidak dicapai, tidak apa-apa, dan tidak mempengaruhi
kepentingan pening bangsa, suatu negara dapat meninggalkannya. Tetapi apabila
kepentingan suatu negara tidak sejalan dengan kepentingan negara lain dan itu
vital, maka ia akan berusaha untuk memecahkan masalah itu melalui “bargaining
take and give” untuk mencapai kesesuaian. Jika ketidakcocokan tujuan itu sangat
sangat vital dan bias menghambat kepentingan nasional utama salah satu negara
maka pemecahan kompromi melalui cara damai dapat gagal. Untuk mengamankan
kepentingan nasional masing-masing, pihak yang berselisih tersebut mungkin
mempertimbangkan politik konfrontasi.
PENTINGNYA DIPLOMASI
Diplomasi mempunyai peran yang sangat
beragam dan banyak unuk bermain di dalam hubungan internasional. Upaya manusia
untuk memecahkan persoalan perang dan damai telah dianggap sebagai metode
manusia yang paling tua. Dalam menjalankan hubungan antara masyarakat yang
terorganisasi, diplomasi, dengan penerapan metode negosiasi, persuasi, tukar
pikiran, dan sebagainya, mengurangi kemungkinan penggunaan kekuatan yang
bersembunyi di latar belakang.
Di dalam dunia yang terdiri dari
berbagai negara berdaulat ini dua factor, yakni diplomasi dan hokum
internasional, merupakan yang paling penting dalam pemeliharaan perdamaian. Di
samping hokum internasional telah memberikan tatanan bagi dunia yang
bagaimanapun anarkis, bagi pemeliharaan perdamaian, diplomasi selalu memainkan
peran yang vital. Pentingnya diplomasi sebagai pemelihara keseimbangan dan
kedamaian tatanan internasional telah sangat meningkat dalam dunia modern ni.
Seperti yang dikatakan oleh Morgenthau,
suatu pra-kondisi bagi penciptaan dunia yang damai adalah berkembangnya
consensus internasional baru yang memungkinkan diplomasi mendukung “peace through accomodation” (damai
melalui penyesuaian). Konsensus internasional ini memberikan situasi yang
menguntungkan bagi terbentuknya lebih banyak lagi institusi-institusi politik
dunia yang memadai. Kissinger,
seperti para penganut poltik realis lain, juga menunjukkan suatu peran penting
diplomasi dalam penyesuaian perbedaan-perbedaan antara bangsa-bangsa.
Diplomasi telah selalu memaikan peranan
besar dalam mengatur kebijakan-kebijakan nternasional. Banyak masalah yang
nyata-nyata dapat diselesaikan oleh diplomasi. Sebagian besar dari
masalah-masalah internasional tersebut harus diselesaikan melalui kompromisasi.
Dan ini dapat dicapai melalui diplomasi. Sehubungan dengan ini penelitian Richard W Sterling patut diperhatikan.
Ia mengatakan:…sungguh diplomasi adalah politik hubungan internasional, politik
internasional bagi arti yang paling tepat bagi istilah tersebut.
Selanjutnya dikatakan, terlepas dari
konteks-konteks yang berbeda, tujuan politik dan diplomasi identik. Keduanya
berusaha mempersatukan kepentingan-kepentingan yang bermacam-macam atau paling
tidak membuatnya dapat
…….sampai disini dulu.
Jika ada hal-hal yang tidak dipahami, agar di tulis di WA group. Saya layani
hingga jam 12.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar